TEMPO.CO, Pekalongan - Bahan baku batik alternatif berupa kertas dari limbah timah di Kota Pekalongan didatangkan dari Malaysia. Para pengepul limbah asal Negeri Jiran ini mampu mengirimkan hingga 300 eksemplar bahan baku dengan ukuran antara 0,90 hingga 5 meter persegi setiap bulan.
"Kertas timah ini kami batik dengan beragam motif modern. Lalu dibeli kembali oleh pengusaha Malaysia," kata Harris Hariyadi, perajin batik berbahan baku alternatif dan pewarna alam asal Kota Pekalongan, Ahad, 4 November 2012.
Ia mengatakan telah mendapatkan bahan baku batik hasil kreativitasnya ini sejak 5 bulan lalu. Sedangkan batik kertas timah ini bisa dimanfaatkan kembali menjadi dompet, taplak meja makan, dan aneka penghias barang rumah tangga.
"Saya pun tak harus khawatir kalau produk batik alternatif ini akan diklaim Malaysia, karena dunia telah mengakui batik merupakan produksi asli Indonesia," ujar Harris menambahkan.
Harris mengatakan batik dari media kertas limbah timah ini mendapat respons positif dari pelaku bisnis dunia. Hal ini dibuktikan dengan keterlibatan pengusaha Malaysia yang mengikutkan pameran batik berbahan baku kertas dari limbah timah dalam acara pameran bisnis Australian-Malaysian di Victoria Australia, awal tahun 2013 mendatang.
Sebelumnya, Harris juga memproduksi batik dari bahan alternatif, yakni dari media kertas limbah pembungkus semen, plastik, dan alumunium foil. Perajin batik yang konsisten menciptakan pewarna alam ini juga tetap mempertahankan batik kain bermotif klasik dengan pewarnaan alami.
"Media batik alternatif ini hanya untuk eksistensi ketika harga bahan baku sedang tinggi, di sisi lain sangat membantu membuka pasar baru khusus konsumen yang suka bahan baku alternatif," katanya.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kota Pekalongan, Slamet Prihantono, menilai langkah Harris ini mampu mempertahankan industri batik lokal yang kadang terhambat oleh kenaikan harga bahan baku. "Ia tak hanya kreatif dari pembuatan motif, namun juga mengenai bahan baku," ujar Slamet.
Ia berharap kreativitas ini menjadi inspirasi bagi perajin batik Pekalongan lain, sehingga perkembangan batik salah satu daerah pesisir Jawa Tengah ini selalu aktif. Keberadaan batik yang diproduksi oleh Harris ini, menurut Slamet, bisa dipatenkan sebagai karya lokal yang kreatif. Dengan begitu, ia siap membantu sejumlah produk batik kreatif asli Kota Pekalongan.
Berdasarkan catatannya, terdapat sepuluh dari 96 motif batik Pekalongan yang telah dipatenkan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM). "Batik kreatif ini saya yakin bisa dipatenkan karena ada penciptanya," ujar Slamet.
EDI FAISOL
Berita Lain:
Tank Leopard Tiba di Jakarta Hari Ini
Kapolri: Polisi Jaga Balinuraga Sampai Aman
Terduga Teroris Itu Pegawai Negeri
Istana Bantah Gelar SBY Ditukar Proyek Tangguh