TEMPO.CO, Surabaya - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, Sudharmawan, mengatakan separuh wilayah Jawa Timur mulai kekeringan. Bahkan tujuh persen di antaranya sudah mulai mendekati kategori kritis. "Sebagian Banyuwangi dan sebagian Pulau Madura sudah mulai mendekati kritis," kata Sudharmawan, Jumat, 13 Juli 2012.
Sudharmawan mengatakan kekeringan dibagi dalam tiga kategori. Pertama, kering langka terbatas dengan kondisi ketersediaan air berjarak 100-500 meter dari permukiman warga, dengan pasokan air 30-60 liter per orang. Kedua, kering langka, karena jarak sumber air 500-3.000 meter dari permukiman dengan pasokan air 10 sampai 30 liter per orang. Adapun yang ketiga adalah kategori kering kritis, dengan kondisi jarak sumber air sudah mencapai lebih dari 3 kilometer dari permukiman warga, dengan pasokan air di bawah 10 liter per orang.
Meski demikian, kemarau kali ini masih dalam kategori kemarau basah karena di beberapa daerah masih berpotensi turun hujan. BPBD Jawa Timur telah mengirimkan bantuan 1.208 tandon air berkapasitas 2.000 liter per tandon. Tandon sudah mulai didistribusikan ke-19 kabupaten yang berpotensi kekeringan.
Sudharmawan menjelaskan tandon dioperasikan jika daerah penerima bantuan telah kering kritis dan dibuktikan dengan surat pernyataan dari kepala daerahnya. "Kalau bupatinya sudah kirim surat, kami langsung kirimkan bantuan air melalui tangki," ujarnya.
Sekretaris Daerah Jawa Timur, Rasiyo, mengatakan telah mengingatkan seluruh bupati dan wali kota untuk menyiapkan diri menghadapi kekeringan. Melalui surat bernomor 360/369/222.01/2012 tentang kebencanaan, pemerintah Jawa Timur juga telah memberikan paparan daerah mana saja yang berpotensi mengalami kekeringan.
"Dalam surat itu kami lampirkan peta rawan kekeringan sehingga semua pihak bisa siap," ucap Rasiyo. Menurut dia, puncak kekeringan akan terjadi pada September dan Oktober mendatang.
FATKHURROHMAN TAUFIQ