TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok warga suku Nduga, Papua, menyerang pos polisi Sinagma, Wamena, Jayawijaya, Papua, Rabu, 22 Februari 2012 pada pukul 17.00 WIT. Insiden ini menewaskan satu aparat kepolisian dan menyebabkan delapan orang luka-luka. Wakil Bupati Jayawijaya John Richard Banua juga menjadi korban dalam insiden ini.
"Terjadinya penyerangan diawali pada pukul 15.30 WIT karena adanya keributan dua kelompok masyarakat," kata Kepala Divisi Humas Markas Besar Kepolisian Inspektur Jenderal Saud Usman Nasution, Kamis, 23 Februari 2012 di Mabes Polri.
Korban meninggal dunia adalah Staf Wakil Bupati, Serma Bambang Satrio. Ia merupakan anggota intel Korem. Serma Bambang menderita luka tusuk pada dagu, pinggang kanan, pergelangan tangan kanan, dan betis kanan. Adapun Wakil Bupati Jayawijaya John Richard Banua menderita luka panah di bagian pinggang kanan.
Di lain pihak, aparat kepolisian yang mengalami luka adalah Sertu Yoga (pengawal Wakil Bupati), Serda Andik, Bripka Mahfud Amri, Brigadir Sunarto, dan Briptu Yanto Omopa. Korban luka lainnya adalah Samhilapo, Kepala Distrik Paleboga yang menderita luka memar di kaki kiri, dan Arum Lokbere yang menderita luka perut sebelah kanan.
Insiden bermula ketika terjadi pemalakan dan pemukulan oleh seorang yang tidak dikenal kepada seorang tukang ojek yang berasal dari Suku Nduga. Akibat kejadian tersebut, emosi warga Suku Nduga tersulut dan mereka kemudian mencari pelaku pemalakan.
Setelah itu beredar isu di kalangan warga bahwa si pelaku pemalakan sudah ditahan di pos polisi Sinagma. Sebanyak 200 orang warga dari Suku Nduga yang mempercayai berita ini langsung mendatangi pos. Petugas lalu menyampaikan pada warga bahwa si pelaku belum ditangkap. Warga tidak percaya dan curiga polisi menyembunyikan sang pelaku.
"Akhirnya mereka menyerang petugas yang ada di pos kepolisian," kata Saud.
Karena jumlah aparat di pos tersebut tidak berimbang, aparat meminta bantuan pada Kepolisian Resort Jayapura. Sekitar pukul 15.45 WIT, petugas polres datang untuk mengamankan massa, tapi gagal diredam karena jumlah massa bertambah.
Pada pukul 16.00 WIT, Bupati Jayawijaya John Wempy Wetipo dan istrinya yang juga berasal dari Suku Nduga, Yakoba Lokbere, datang untuk menenangkan massa. Langkah Bupati ini disusul oleh Wakil Bupati John Richard Banua.
Wakil Bupati ini datang ke lokasi kerusuhan bersama tiga ajudan. Sayangnya, saat Wakil Bupati berusaha meredam amarah massa, ia justru diserang oleh warga Nduga. Saat penyerangan inilah, Serma Bambang meninggal dan delapan orang terluka. Setelah penyerangan itu, istri Bupati Yakoba Lokbere yang berasal dari Suku Nduga diutus untuk berdialog dengan massa, khususnya untuk meluruskan penafsiran warga bahwa sang pelaku memang belum tertangkap.
Kepolisian memilih langkah persuasif dalam menangani kasus ini walaupun pada akhirnya polisi akan menempuh proses hukum mengingat jatuhnya korban tewas dan luka-luka. "Akan proses hukum, tapi coba persuasif dulu supaya tidak timbul hal-hal yang tidak diinginkan," kata Saud.
ANANDA W. TERESIA