TEMPO.CO, Ternate - Kondisi terumbu karang di perairan Halmahera Tengah cukup memprihatinkan. Setidaknya 80 persen terumbu karang dinyatakan rusak berat. Potensi wisata bawah laut pun terancam hilang.
Rob Sengle, pengusaha resor dan peneliti bawah laut asal Belanda, mengatakan terumbu karang di Halmahera Tengah setidaknya hanya bisa dijumpai di wilayah Utara Kota Weda dan Kecamatan Patani.
Itu pun kondisi panjangnya tidak lebih 100 meter. "Padahal terumbu karang di Halmahera Tengah sejalur dengan terumbu karang di Raja Empat Papua Barat. Karena itu sangat disayangkan bisa rusak berat seperti ini," kata Rob kepada Tempo, Sabtu, 14 Januari 2012.
Menurut Rob, kerusakan terumbu karang ini umumnya karena sedimentasi tanah akibat tingginya kegiatan tambang. Selain itu, tingginya kegiatan eksploitasi terumbu karang untuk bahan bangunan proyek oleh masyarakat kian memperparah kerusakan.
"Saat ini terumbu karang untuk radius 100 meter dari bibir pantai tak bisa lagi dijumpai. Ironisnya lagi kondisi ini hampir di seluruh perairan Halmahera Tengah," ujar Rob.
Pemilik resor di Pulau Lembe, Bitung, Sulawesi Utara, ini mengungkapkan keindahan terumbu karang di Halmahera Tengah sesungguhnya hampir sama dengan keindahan yang ada di Raja Empat dan Wakatobi. Hanya, terumbu karang di Halmahera Tengah lebih unik karena didominasi berbentuk koral. "Bahkan wisatawan dari Jerman pun sangat mengagumi. Jadi sangat disayangkan jika dibiarkan rusak parah," ujarnya.
Bupati Halmahera Tengah, Al Yasin Ali, mengakui kondisi terumbu karang di perairan wilayahnya memang dalam kondisi kritis. Ia mengungkapkan kerusakan itu sesungguhnya lebih banyak akibat tingginya eksploitasi yang dilakukan masyarakat untuk bahan bangunan.
Untuk menyelamatkan kelestariannya, pemerintah daerah sebenarnya telah membuat peraturan tentang larangan pengambilan terumbu karang. "Sanksinya bahkan kami arahkan pada sanksi pidana," kata Yasin kepada Tempo, Sabtu, 14 Januari 2012.
BUDHY NURGIANTO