TEMPO Interaktif, Padang - Korban tsunami Mentawai mendapat bantuan jaminan hidup, santunan untuk korban meninggal dan isi hunian sementara senilai Rp 6.313.250.000 dari Kementerian Sosial yang diserahkan di kediaman Gubernur Sumatera Barat, Kamis (30/12).
Bantuan diserahkan Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial Toto Utomo Budi Santoso kepada Bupati Kepulauan Mentawai, Edison Seleubaja.
Bantuan itu terdiri dari santunan untuk keluarga 457 korban tsunami yang meninggal masing-masing Rp 4 juta dan totalnya mencapai Rp 1.828.000.000, bantuan untuk jaminan hidup selama satu bulan Rp 978.600.000 untuk 1.631 keluarga. Tiap keluarga dihitung 4 orang dan mendapat bantuan Rp 5 ribu per orang setiap hari selama satu bulan.
Bila hunian sementara untuk 1.631 korban tsunami selesai, akan dibantu isi hunian sementara berupa satu kelambu, tiga kasur, tiga bantal, dua tikar, dua ember, satu gayung senilai Rp2.150.000 sehingga total untuk bantuannya senilai Rp 3.506.650.0000.
Untuk bantuan beras yang sasarannya 6.524 jiwa, per orang akan menerima 0,4 kg dengan hitungan selama 30 hari, sehingga total bantuan beras mencapai 82.848 kg.
Toto mengatakan terlambatnya pemberian bantuan jaminan hidup dan santunan karena lambatnya data korban yang valid diserahkan ke kementerian.
"Diharapkan bantuan ini disalurkan secepatnya begitu hunian sementara selesai. Dana sudah disalurkan ke rekening Pemerintah Daerah Mentawai. Kalau bisa awal tahun baru sudah mulai disalurkan," ujarnya.
Kementerian Sosial juga memberikan bantuan beras sebanyak 82.848 kilogram melalui Bulog Sumatera Barat.
Bupati Mentawai Edison Seleleubaja mengatakan akan segera menyalurkan bantuan Kementerian Sosial kepada korban tsunami. Ia mengatakan akan langsung menyalurkan bantuan kepada pengungsi begitu hunian sementara mulai ditempati.
"Jadi tidak menunggu sampai semua huntara selesai, karena itu akan lama. Kami targetkan hingga akhir Januari bantuan dari Kementerian Sosial selesai disalurkan," kata Edison Saleleubaja.
Hunian sementara bantuan BNPB (Badan Nasional Penagguangan Bencana) baru selesai sebagian di Pagai Utara, sementara di Sipora Selatan pembangunan huntara oleh BNPB belum dimulai. Sedangkan huntara di Pagai Selatan yang dibangun PMI baru selesai 15 persen dari target 516 huntara di Pagai Selatan.
FEBRIANTI