TEMPO Interaktif, Subang -Akibat perubahan iklim, petani buah-buahan seperti rambutan, mangga, dan manggis di wilayah Kabupaten Subang Jawa Barat merugi hingga Rp 1 triliun. Buah-buahan itu tak mau berbuah karena hujan yang turun sepanjang tahun ini.
“Persentase kegagalan buah akibat iklim tersebut mencapai 60 persen,” kata Tatang Gustian, Kepala Seksi Holtikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Subang, saat dihubungi Tempo, Jumat (5/11). Jika ketiga komoditas buah-buahan tersebut berbuah mulus, nilai ekonomisnya mencapai Rp 1,8 triliun.
Akibat terus diguyur hujan sepanjang 2010, kata Tatang, pohon rambutan, mangga dan manggis tak menghasilkan bunga. “Yang muncul pucuk baru lagi pucuk baru lagi,” kata Tatang. Kalau pun ada yang berbunga, yang menjadi buahnya hanya sedikit karena keburu habis dilumat derasnya curah hujan.
Jika tak ada kegagalan musim, Tatang menjelaskan, semestinya, buah rambutan, mangga dan manggis saat ini, sedang mengalami panen raya. “Sebab, panen raya buah rambutan, mangga dan manggis berlangsung sejak Oktober hingga Januari,” tutur Tatang.
Aceng, petani Rambuatan, dari Desa Manyeti, mengaku pasrah akibat puluhan pohon rambutannya tak berbuah akibat terus diguyur hujan. “Jangankan berbuah, berbunga pun tidak,” kata Aceng. Yang muncul cuma pucuk baru saja. Jika dalam kondisi mulus, satu pohon rambutan miliknya bisa dijual dengan harga Rp 300 hingga Rp 500 ribu.
Areal kebun rambutan yang ada di wilayah Kabupaten Subang, tercatat seluas 7.500 hektar. Buah rambutan Subang terkenal berkualitas tinggi, sehingga sebagian diantaranya ada yang dipasarkan ke Timur Tengah, semisal Abu Dhabi, Bahrain, Saudi Arabia hingga Jepang. Sebanyak 12 persennya dijual ke pasar-pasar modern, lima persen ke pasar lokal dan 70 persen ke pasar-pasar tradisional di wilayah Jawa barat, Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
NANANG SUTISNA