Siti melahirkan bayi seberat 4,6 kilogram tersebut pada Kamis pekan lalu, di Rumah Sakit Al Huda, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, melalui operasi caesar. Minggu kemarin (28/6), Siti dan Salim, suaminya, terpaksa membawa pulang Slamet karena belum punya uang untuk biaya operasi.
Siti menceritakan, untuk membuat lubang anus tersebut, anaknya harus dirujuk ke Rumah Sakit Dr. Soetomo, Surabaya. Sedikitnya ada tiga kali operasi yang harus dijalani. Operasi pertama, katanya, membutuhkan biaya sekitar Rp 6 juta.
Padahal, dirinya sudah berhutang Rp 6 juta untuk biaya melahirkan dan perawatan sang bayi. "Sementara suami saya cuma sopir," katanya.
Dia mengaku saat ini masih mencari hutangan lagi karena tak masuk daftar Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Padahal anaknya harus secepatnya dioperasi untuk mengeluarkan kotoran dalam tubuhnya. "Kalau terlalu lama, anak saya bisa kembung," ujarnya.
Salim dan Siti Rosidah sendiri sebenarnya penduduk Kelurahan/Kecamatan Taman, Sidoarjo, Jawa Timur. Dia kemudian memilih melahirkan di rumah orang tuanya di Banyuwangi, karena suaminya terserang malaria.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan dan Farmasi Dinas Kesehatan Banyuwangi Juwana Sujuswa mengatakan, Dinas Kesehatan tidak mampu memberikan bantuan dana karena beberapa alasan. Pertama, kedua orang tuanya memilih ke rumah sakit swasta yang tidak masuk pelayanan program Jamkesmas.
Kedua, kata dia, orang tua sang bayi bukan penduduk Banyuwangi melainkan warga Sidoarjo. Padahal, alokasi Jamkesmas maupun Jamkesmas Daerah Jawa Timur dibiayai dari hasil pembagian dana APBN dan APBD masing-masing kota. "Sebaiknya orang tua mengakses bantuan dari Pemerintah Sidoarjo," katanya.
IKA NINGTYAS