TEMPO Interaktif, Sumenep - Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, menghentikan pemberian asupan gizi kepada Asror Rofiqi, bocah berusia 4 tahun penderita gizi buruk asal Desa Andulang, Kecamatan Gapura. Penghentian dilakukan sejak Agustus 2009 lalu karena alasan terbatasnya anggaran.
Akibat penghentian asupan gizi itu, kondisi kesehatan Asror tidak stabil, bahkan berat badannya hanya 8,9 kilogram, padahal berat badan ideal untuk anak berusia 4 tahun minimal 15 kilogram. "Kami mengecam tindakan dinas kesehatan itu, tidak etis," kata Anggota Komisi Kesehatan DPRD Sumenep Nur Asur, Ahad (6/6).
Menurut Nur Asur, tahun ini pihaknya telah menyetujui anggaran khusus penanggulangan penderita gizi buruk sebesar Rp 275 juta sehingga alasan terbatasnya anggaran untuk menghentikan bantuan asupan gizi bagi Asror tidak logis. "Maka itu, kami mendesak Dinas Kesehatan segera memberikan layanan kesehatan yang dibutuhkan," terangnya.
Sejauh ini, Nur Asur menduga buruknya koordinasi anggaran antara Dinas Kesehatan dan puskesmas di Sumenep yang menyebabkan layanan terhadap penderita gizi buruk tidak maksimal. Kondisi itu diperparah dengan sistem birokrasi yang kaku dan jlimet terutama berkaitan dengan pencairan anggaran.
Namun Kepala UPT Puskesmas Gapura Nurul Hayati membantah pihaknya tidak memperhatikan kondisi Asror. Dia mengaku telah berupaya memberikan asupan gizi tambahan berupa susu bubuk gratis.
Namun karena stok bantuan habis, pihaknya terpaksa menghentikan sementara sembari mengupayakan usulan baru tahun 2010 ke Dinas Kesehatan. “Semoga usulan bantuan secepatnya disetujui, agar asupan gizi bagi Asror Rafiqi bisa terpenuhi,”ujarnya kepada wartawan.
Hingga kini, Asror hanya dirawat seadanya oleh kedua orang tuanya di rumah dan sesekali dibawa ke dukun. Sahnan, ayah Asror mengatakan gizi buruk yang menyerang anaknya itu bermula saat usianya 4 bulan. Saat itu tubuh Asror dipenuhi bintik-bintik merah dan bertambah parah saat usianya 8 bulan. "Saya bawa periksa katanya gizi buruk yang sudah infeksi," katanya.
Sahnan yang berpofesi sebagai nelayan mengaku sebenarnya ingin membawa anaknya ke rumah sakit agar diobati secara layak. Namun karena terbentur minimnya dana niat itu diurungkan. "Mau tidak mau dirawat di rumah saja seadanya, kami berharap ada bantuan, supaya kondisi anak saya bisa normal," ungkapnya.
MUSTHOFA BISRI