WC atau kakus itu terletak di belakang rumah. Di sanalah Istiana dirantai orang tuanya sendiri karena mengalami gangguan kejiwaan. Saat itu usianya baru tujuh tahun atau baru duduk di bangku kelas dua sekolah dasar. Istiana tampak kotor sekali, hanya tersentuh air hujan, rambut kriwel dan paling memilukan lagi karena selama 20 tahun harus duduk, tubuhnya kini bongkok.
Ayah istiana, Abuyadin, mengaku terpaksa memasung anaknya karena sering diejek teman-teman di sekolah dan tetangga sekitar rumah.
Menurut Abuyadin, perubahan sikap Istiana yang mendadak sering mengamuk terjadi saat dipaksa berhenti sekolah karena kesulitan biaya. Putus sekolah membuat Istiana syok berat dan sering mengamuk. Sejak itulah Istiana dirantai. "Takut mengamuk jadi kami rantai," kata Abuyadin ditemani istrinya Nasriyah, Rabu (7/4).
Abuyadin mengaku sudah berupaya mengobati Istiana baik secara medis dan alternatif, namun hasilnya nihil. Ibu Istiana, Nasriyah, berharap pemerintah daerah Sumenep memberikan bantuan agar putrinya bisa sembuh seperti semula menjadi anak yang selalu ceria. Ia mengaku tidak tega melihat kondisi anak tersebut.
Meski menderita keterbelakangan mental, Istiana rupanya harus mendengarkan musik radio sepanjang hari. Abuyadi mengatakan alunan musik itu yang mampu membuat Istiana tenang dan tidak mengamuk saat didekati orang. "Dia paling benci suara bising," ungkap dia.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sumenep Susianto mengaku siap memberikan bantuan medis terhadap Istiana, dengan catatan ada permohonan pemeriksaan dari keluarga, aparat desa, atau rekomendasi dari puskesmas setempat. "Kami siap memberikan layanan, asal ada permohonan," kata dia.
MUSTHOFA BISRI