TEMPO Interaktif, Jakarta - Tersangka Bom Bali I, Dulmatin, berhasil ditewaskan Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian Indonesia di Pamulang pada 9 Maret 2010. Perburuan yang berakhir dengan tewasnya Dulmatin ini dimulai saat sekelompok orang diketahui berlatih militer di Aceh.
Berikut kronologi lengkapnya:
13 April 2009
Dulmatin, dengan mengaku sebagai Yahya Ibrahim, tinggal Gang Salak, Pamulang. Ia mengontrak rumah Karsana dengan sewa Rp 350 ribu sebulan. Ia mengaku bekerja di sebuah show room sepeda motor di Ciputat. Beberapa bulan kemudian, dua temannya datang dan disewakan satu rumah di sebelah Dulmatin.
17 Februari 2010
Di Aceh terdengar tembakan di kawasan pegunungan Jalin, Jantho, Aceh Besar, yang dilaporkan warga. Intelijen setempat memastikan terjadi latihan militer. Mabes mengirim Detasemen Khusus 88 ke Aceh.
20 Februari
Tim gabungan Detasemen Khusus Antiteror 88 dan Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam memulai operasi penggerebegan sekelompok orang yang melakukan latihan tempur di Kecamatan Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Aceh.
21 Februari
Di Pamulang, Dulmatin dan teman-temannya pindah dari rumah petak di Gang Salak. Alasannya pulang kampung ke Lampung karena orang tuanya sakit.
Mungkin sekali rekan-rekan di Aceh memberi tahu mereka diburu sehingga Dulmatin ikut waspada dan pindah dari rumah semula.
22 Februari
Di Aceh, polisi melakukan penyergapan ke kelompok yang melakukan latihan itu. Tiga polisi gugur dalam penyergapan itu yakni Brigadir Satu Boas Woisiri, Brigadir Satu Darmansyah, dan Brigadir Satu Sri Hendra Kusuma Maloa. Belasan orang ditangkap.
Para tangkapan itu mengaku bahwa latihan mereka diorganisir dan didanai oleh Yahya Ibrahim, nama samaran Dulmatin, yang sudah pindah dari kontrakan lamanya di Pamulang.
Sekitar 23 Februari
Pamulang ternyata belum ditinggalkan oleh Dulmatin meskipun ia pamit ke tetangga pulang di Gang Salak ke Lampung. Dulmatin menyewa internet yang berada hanya sekitar 30 meter dari rumah Fauzi Syarif di Gang Asem, Pamulang. Ini kali kedua Dulmatin menyewa Internet di warnet itu. Pemilik warnet, Arist, sempat bertanya tempat tinggal Dulmatin tapi malah dijawab berbelit-belit: "Bisa tinggal di mana saja."
Sekitar 2 Maret
Dulmatin pergi ke warnet Multiplus. Ini kemudian dilakukan hampir tiap hari. Biasanya pergi dengan dua rekannya, menurut seorang sopir taksi yang biasa mangkal di sana.
Tidak jelas mengapa warnet ini menjadi favorit Dulmatin. Mungkin karena tidak pernah ditanya asal rumahnya seperti di warnet dekat rumah Fauzi.
5 Maret
Dulmatin meminta bantuan sopir taksi yang biasa mangkal dekat Multiplus untuk mencari kontrakan.
7 Maret
Polisi sudah melakukan pengintaian, siap menyergap. Mereka menggunakan mobil boks sering berputar-putar di sekitar Pamulang.
9 Maret
Dua penyergapan dilakukan di Pamulang hampir bersamaan. Dulmatin ditembak di warnet Multiplus. Selain menggunakan mobil boks, polisi datang dengan minibus besar Mitsubishi Elf dan Toyota Avanza. Rangkaian penyergapan menewaskan tiga orang pada 11.30 WIB. Sekitar satu setengah jam kemudian, dua rekan Dulmatin ditembak di Gang Asem, dekat rumah yang menjadi persembunyian yakni rumah Fauzi..
10 Maret
Salah satu yang tewas dalam penyergapan dipastikan adalah Dulmatin.
NURKHOIRI/SUTJI DECILYA/REZA M./FEBRIANA FIRDAUS/AGUNG SEDAYU