TEMPO Interaktif, Surakarta – Upaya pengenalan budaya Cina dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan penyelenggaraan festival batik Cina di Surakarta, Jawa Tengah.
Ketua Panitia Penyelenggara Febri Dipokusumo menerangkan, meskipun yang dipamerkan batik Cina, bukan berarti batik tersebut buatan Negeri Tirai Bambu tersebut. “Batik-batik itu adalah batik yang terpengaruh budaya Cina. Pembuatannya juga di Indonesia dan oleh pembatik Indonesia,” tuturnya, Selasa (2/2).
Dia melanjutkan, saat ini memang banyak beredar produk tekstil Cina, termasuk batik dengan berbagai motifnya. Meski demikian, yang ada di pasaran bukan batik Cina melainkan tekstil Cina yang bermotif batik. “Sebenarnya masyarakat juga belum tahu pasti seperti apa batik Cina,” katanya.
Festival diselenggarakan pada 6 Februari hingga 31 Maret mendatang. Sebanyak 500 batik Cina akan dipamerkan di nDalem Wuryaningratan, di Jalan Slamet Riyadi. Febri melanjutkan, batik Cina yang paling tua dibuat pada 1800-an. “Motif yang paling kental dari batik Cina adalah pemakaian motif-motif keramik,” katanya.
Selain festival batik Cina, juga digelar fashion show dan talkshow tentang sejarah batik dan filosofinya. Febri berharap, dengan penyelenggaraan festival tersebut masyarakat jadi tahu seperti apa batik Cina dan bisa membandingkannya dengan batik produk lokal maupun tekstil dari Cina yang bermotif batik.
Sementara bagi perajin batik, dia berharap membuat para perajin batik lokal menjadi lebih terpacu dalam berkarya. “Karena ternyata kualitas perajin batik dengan motif yang sekarang ini dibuat, tidak kalah dengan batik Cina. Apalagi dengan tekstil Cina bermotif batik,” jelasnya.
Ketua Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Gunawan Setiawan mendukung festival batik Cina. Menurutnya, festival tersebut justru menjadi hal yang positif untuk perkembangan industri batik di Surakarta.
“Kami jadi tahu seperti apa batik Cina dan mendorong untuk semakin kreatif dalam menciptakan motif-motif baru agar bisa bersaing ke depannya, termasuk dengan tekstil Cina bermotif batik,” terangnya.
Selain itu, dia juga yakin masuknya produk-produk Cina, termasuk tekstil, tidak akan menggeser pangsa pasar batik Surakarta. “Asalkan punya ciri khas masing-masing, saya yakin kami akan bertahan,” kata Gunawan. Di kampung batik Kauman sendiri ada sekitar 50 pengusaha batik.
UKKY PRIMARTANTYO