Hasil CT Scan menunjukkan terjadi penyumbatan di bagian kepala dan sebagian pembuluh darah yang tersumbat sudah pecah sepanjang, 0,2 centimeter. Tim Dokter RSSA saat ini sedang mengobservasi seluruh kesehatan Ratna selama 14 hari hingga dua hari ke depan. Hasil observasi akan menentukan tindakan medis untuk Ratna. "Apakah cukup diserap dengan obat ataukah dioperasi," ujar Ruhadi menirukan perkataan dokter RSSA.
Saat ini Ratna mengalami kesulitan berkomunikasi dan sebagian tubuhnya sulit digerakkan. "Tremor juga masih sering terjadi," tutur Ruhadi.
Ratna dibawa ke rumah sakit setelah terkena pusing berkepanjangan dan tremor atau kejang di tangan kanan. Selain itu, bagian tubuh bagian kanan sulit digerakkan. Karena kejang semakin hebat, Ruhadi memutuskan membawa ke RSSA yang lokasinya tak jauh dari rumah Ratna.
Awalnya, pemeriksaan Ratna menggunakan Jaminan Kesehatan Daerah yang diterbitkan Pemerintah Propinsi Jawa Timur. Karena ingin mendapatkan pelayanan maksimal dan perawatan yang intensif, sejumlah kolega menginginkan Ratna dirawat di ruang paviliun. Kini, Ratna dirawat di Ruang Bugenville kamar 2006.
Ratna Indraswari Ibrahim lahir di Malang, 24 April 1949. Meski menderita kelumpuhan sejak kecil, ia tak pernah berhenti menulis. Ada lebih 400 buah tangannya berupa cerpen, novelet, dan novel. Ia pernah meraih Anugerah Kesetiaan Berkarya dari Harian Kompas.
Rumahnya menjadi pusat aneka kegiatan. Ada Yayasan Bakti Nurani, sebuah organisasi bagi penyandang cacat yang didirikannya pada 1977. Ada Forum Pelangi sebuah ajang diskusi dan bedah buku. Selain itu juga menjadi tempat berkumpul para aktivis lingkungan hidup, wartawan, dan seniman.
Dia pun aktif di lembaga swadaya masyarakat Entropic Malang. "Saya ini sugih tanpa banda (kaya tanpa harta) karena punya banyak teman," kata Ratna sebelum sakit.
BIBIN BINTARIADI