TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Arie Sudjito mengingatkan kepada para aktivis gerakan prodemokrasi untuk bersiap-siap menyambut 2014 lantaran pada saat itu, era Soesilo Bambang Yudhoyono, Amien Rais, Megawati Soekarnoputri, dan angkatan-angkatan tua lainnya akan "habis".
Masa itu akan menjadi masa bagi para aktivis gerakan prodemokrasi yang meliputi mahasiswa, lembaga swadaya masyarakat, juga jurnalis-jurnalis media mainstream yang mempunyai kualitas dan keberpihakan pada demokrasi untuk berpacu memegang tampuk pemerintahan.
"Salah satu syaratnya, mulai sekarang gerakan prodem harus menjadi pelari maraton, bukan sekedar sprinter (pelari jarak pendek) seperti partai politik. Mereka lari ketika menjelang pemilu, lalu tidur ketika pemilu berakhir," kata Arie dalam diskusi bertajuk "Tantangan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II" di UGM, Sabtu (21/11) siang.
Sementara itu pengamat politik luar negeri dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta Ariyanta Nugraha menilai penunjukan orang-orang yang sekarang mengisi kursi menteri lantaran politik balas budi dan politik kompromi Susilo Bambang Yudhoyono, mengingat Yudhoyono termasuk tipikal presiden dengan gaya kepemimpinan pencitraan dengan meminimalisir risiko.
Menurutnya, meskipun banyak menteri tidak mempunyai kapabilitas di bidangnya, tetap dipilih Yudhoyono dalam rangka mengurangi faktor risiko jika sikap kompromis tidak dilakukannya.
"Jadi kunci keberhasilan KIB (Kabinet Indonesia Bersatu) II adalah dengan reformasi birokrasi. Jika tidak, akan terjadi pembusukan dari dalam sehingga negara gagal," kata Ariyanta dalam diskusi bulanan yang diadakan Tempo bekerja sama dengan Fisipol UGM, Fisip Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Aliansi Jurnalis Yogyakarta, dan Persatuan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI).
PITO AGUSTIN RUDIANA