TEMPO Interaktif, Blitar -Tiga atlit kejuaraan ASEAN Primary School Sport Olympiade asal Blitar, Jawa Timur mengaku ditelantarkan pemerintah daerah setempat.
Berbekal uang saku Rp 500 ribu yang diberikan pemerintah, mereka ditarget membawa pulang medali emas dalam kejuaraan atletik yang berlangsung 12 hari tersebut.
Baca Juga:
Kondisi memprihatinkan ini disampaikan guru Sekolah Dasar Negeri Babadan IV Wlingi, Kabupaten Blitar, Sugeng Priyanto, 46, yang sekaligus pendamping ketiga atlit cilik tersebut.
Mereka adalah Puput Eko Yulianto, Meirina Wijayati, dan Vira Ayunda Putri. “Kami hanya diberi uang saku Rp 500 ribu untuk bertanding dua minggu di Jakarta,” kata Sugeng, Selasa (17/11).
Berbekal uang tersebut Sugeng terpaksa mencari fasilitas seadanya untuk memenuhi kebutuhan tiga anak didiknya. Selain berangkat ke Jakarta menggunakan kereta api ekonomi, mereka juga memilih jasa ojek sepeda motor untuk sarana transportasi. Mereka juga memanfaatkan halaman Stasiun kereta api untuk melakukan pengarahan.
Beruntung panitia APSSO menyediakan tempat menginap yang bisa meringankan pengeluaran kontingen Kabupaten Blitar tersebut selama melakoni pertandingan atletik APSSO ke-3 yang diselenggarakan di Stadion Madya Senayan 27 Oktober – 9 November 2009. “Untuk jajan anak-anak memakai uang saya pribadi,” kata Sugeng.
Guru olah raga tersebut mengeluhkan sikap pemerintah Kabupaten Blitar yang kurang mempedulikan prestasi olah raga anak-anak. Kondisi ini berbanding terbalik dengan anggaran untuk kesebelasan Persatuan Sepakbola Blitar Indonesia (PSBI) sebesar Rp 4,4 miliar dari APBD 2009.
Namun demikian Sugeng mengaku bangga dengan militansi anak didiknya yang tetap bersemangat meski dalam kondisi serba kekurangan. Dalam kejuaraan tingkat ASEAN tersebut mereka berhasil membawa pulang tiga medali emas dan satu perak.
Mereka menyingkirkan 250 peserta dari Malaysia, Vietnam, Brunei Darussalam, Singapore, Philipina, Thailand dan Myanmar yang dibekali fasilitas memadai. “Sayang, tidak ada penyambutan sama sekali ketika mereka pulang ke Blitar,” keluh Sugeng.
Juru bicara Pemerintah Kabupaten Blitar, Totok Subihandono mengaku tidak tahu dengan kondisi tersebut.
Menurut dia hal itu seharusnya menjadi tanggungjawab Dinas Pendidikan untuk memfasilitasi ketiga atlit cilik tersebut. “Saya akan minta penjelasan ke Dinas dulu,” katanya.
HARI TRI WARSONO