TEMPO Interaktif, Banyumas - Harga sejumlah komoditas palawija di ujung musim kemarau mengalami kehancuran. Sebaliknya petani tanaman padi tengah menikmati keuntungan, sebab harga beras dan gabah meningkat.
Komoditas palawija di Banyumas Jawa Tengah saat ini sedang musim panen raya, seperti jagung dan kedelai. Panen yang berlimpah dimanfaatkan oleh para spekulan untuk menjatuhkan harga palawija petani.
Harga jagung sebelum panen raya mencapai Rp 2.500 – Rp 3.000 per kilogramnya. “Tapi dalam sepekan ini harganya menurun tajam, jagung hanya dihargai Rp 1.500 per kilogram, jelas kita merugi,” kata seorang petani jagung, Hari Susanto, 43 tahun warga Desa Kembaran Kecamatan Kembaran Banyumas, Selasa (13/10).
Padahal kebutuhan jagung untuk pakan ternak sangat besar. Bahkan, kata Hari, produksi jagung kurang bahkan harus impor. Diakui, palawija merupakan tanaman musim kemarau, lahan irigasi non teknis dan tadah hujan ditanam palawija secara berbarengan.
Sehingga produk dua komoditas tanaman sampingan tersebut melimpah dan harganya langsung jatuh. “Tapi yang jelas ini peran para spekulan sengaja menjatuhkan harga untuk mengeruk keuntungan pribadi,” terangnya.
Baca Juga:
Kondisi yang sama dialami petani kedelai, sebelum panen harga mampu menembus Rp 7.000 per kilogram kini malah turun hingga Rp 4.000-Rp 4.500 per kilogram. Di sisi lain memasuki musim paceklik, harga gabah justru melonjak. Apalagi pada musim kemarau ini dari sekitar 33 ribu hektare lahan di wilayah itu hanya sekitar 30 persen yang ditanami.
Salah seorang petani di Desa Pandak, Kecamatan Baturraden, Marseto , 47 tahun, mengungkapkan harga gabah hasil panen di awal musim kemarau lebih baik jika dibandingkan dengan musim penghujan. Sekarang harga gabah kering panen (GKP) sekitar Rp 2.600 hingga Rp 2.700 per kilogram untuk jenis IR 64. "Padahal pada musim panen musim penghujan harganya di bawah Rp 2.400 per kg," jelasnya.
Ia menjelaskan, lonjakan harga gabah memang menguntungkan petani. Namun, pada musim kemarau tidak seluruh petani bisa panen karena tidak ada air. “Hanya petani di daerah tertentu, termasuk di Baturraden ini, yang panen karena air mencukupi kebutuhan sawah sepanjang tahun,” katanya.
Sekretaris Asosiasi Perberasan Banyumas (APB) Faturrahman mengakui memang hanya sekitar 30 persen luas sawah yang ditanami pada musim kemarau.”Yang panen hanya sekitar 30 persen dari luas 32 ribu hektare sawah. Hanya sawah yang memperoleh irigasi teknis sepanjang tahun yang dapat panen,” katanya.
ARIS ANDRIANTO