Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Konferensi Bangkok Gagal Capai Kesepakatan Target Pengurangan Emisi

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Negara-negara maju belum bisa mencapai kata sepakat tentang besaran penurunan emisi pada konferensi perubahan iklim di Bangkok, Thailand, pada 29 September-9 Oktober lalu. "Negara maju menolak usulan angka penuruan emisi secara bersama-sama (agregat)," papar Kepala Sekretariat Dewan Nasional Perubahan Iklim Agus Purnomo dalam konferensi pers di kantornya, Senin (12/10).

Komitmen penurunan emisi gas rumah kaca secara agregat (bersama-sama) diusulkan sebesar 40 persen pada 2020 berdasarkan basis tahun 1990. Penurunan ini wajib bagi negara maju yang tergabung dalam Annex I.

Meski komitmen negara maju dipertanyakan, tapi Agus optimis pengurangan emisi gas rumah kaca secara agregat 40 persen akan bisa tercapai. Terlihat dari komitmen Jepang misalnya. "(Jepang) Dulu hanya (komitmen) 8 persen kini naik untuk menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 25 persen," urainya. Begitu pula Norwegia dari yang 25-30 persen menjadi 40 persen. Kedua negara tersebut sudah menyatakan secara resmi targetnya di depan forum.

"Negara maju lainnya, agak jauh dibawah," ia menyayangkan. Australia contohnya, bersedia menurunkan emisi menjadi 20 persen dengan basis tahun 2000, Kanada maksimal menurunkan 20 persen dengan basis 2006. Kalau dijumlahkan rata-rata penurunan emisi negara-negara maju tersebut hanya 15-20 persen. "Itu baru separuh dari apa yang diperlukan dunia untuk tidak memanas lebih dari 2 derajat celcius," papar Agus.

Akibatnya, dapat dipastikan pada 2020, suhu bumi akan naik lebih dari dua derajat celsius. "Kami akan menekan negara maju pada pertemuan di Barcelona,agar ada target penurunan emisi" tegas Agus.

Konferensi di Barcelona, Spanyol awal November 2009, merupakan perundingan terakhir menjelang Konferensi Perubahan Iklim di Kopenhagen, Denmark, pada bulan Desember mendatang. Konferensi di Kopenhagen mengagendakan mengganti Protokol Kyoto yang akan habis pada 2012. Isi Protokol Kyoto tahun 1997 lalu adalah kewajiban penurunan emisi gas rumah kaca bagi negara-negara maju sebesar 5,2 persen dibanding tahun 1990.

Amerika Serikat, Ia menambahkan, berjanji akan membawa angka penurunan emisi gas rumah kaca pada perundingan di Kopenhagen. "Kalau Amerika membawa angka, maka banyak negara maju yang lebih berani menaruh angka," ucap Agus. Amerika Serikat merupakan negara yang tidak bersedia menandatangani protokol Kyoto.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Adapun Indonesia, sesuai pernyatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pertemuan G-20 akan menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen. Penurunan ini dari skenario Business As Usual di tahun 2020. "Angka ini yang paling kongkret dibanding negara berkembang lainnya, dengan biaya sendiri pula," ujar Agus. Padahal tidak ada kewajiban dari negara berkembang untuk menurunkan emisi gas rumah kaca.

Indonesia, ia menambahkan, kini sudah mengeluarkan uang untuk menurunkan emisi. Besarnya Rp 5- 10 Triliun per tahun. Biaya tersebut antara lain untuk meninggikan jalan, membuat tanggul di pesisir pantai. Jumlah ini, ujar Agus, menunjukkan pembangunan di Indonesia menjadi lebih mahal akibat perubahan iklim. "Departemen Keuangan sudah menghitung," jelasnya.

Pemerintah juga sudah memberlakukan insentif pajak bagi upaya penurunan emisi. Akibatnya, Agus menjelaskan, penerimaan negara berkurang. Pada 2020, Indonesia membutuhkan hingga Rp 70 triliun untuk upaya penurunan emisi. Kalau ada bantuan internasional senilai Rp 60 triliun, lanjutnya, maka penurunan emisi gas rumah kaca di Indonesia bisa mencapai 41 persen.

DIANING SARI 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

BNPB Tekankan Pentingnya Penanggulangan Bencana yang Berkelanjutan

4 hari lalu

Gedung Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). TEMPO/Martin Yogi Pardamean
BNPB Tekankan Pentingnya Penanggulangan Bencana yang Berkelanjutan

BNPB menekankan pentingnya diversifikasi dan upaya penanggulanan bencana yang berkelanjutan.


Paus Fransiskus Akhiri Perjalanan ke Asia Tenggara dan Oseania

5 hari lalu

Presiden Joko Widodo saat menyambut langsung kedatangan Yang Teramat Mulia Bapa Suci Paus Fransiskus dalam Misa Suci yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Kamis, 5 September 2024. Biro Pers Sekretariat Presiden/Muchlis Jr
Paus Fransiskus Akhiri Perjalanan ke Asia Tenggara dan Oseania

Paus Fransiskus mengakhiri lawatan ke Asia Tenggara dan Oseania selama 12 hari.


Sebanyak 120 Ribu Mangrove Akan Ditanam di Pesisir Pantai Sulawesi Barat

10 hari lalu

Penjabat Gubernur Sulawesi Barat, Bahtiar Baharuddin, melakukan penanaman mangrove di Kelurahan Bebanga, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, pada Sabtu, 7 September 2024. Foto/ANTARA-Humas Pemprov Sulbar
Sebanyak 120 Ribu Mangrove Akan Ditanam di Pesisir Pantai Sulawesi Barat

Selain menjadi bagian peringatan hari jadi Sulawesi Barat ke-20, kegiatan penanaman mangrove ini untuk menyokong wisata dan gerakan perubahan iklim.


Ketika Sri Mulyani Cemas Perubahan Iklim Gerus PDB sampai 10 Persen Tahun Depan

10 hari lalu

Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani saat bertemu dengan Paus Fransiskus dalam acara dialog lintas iman, Kamis, 5 September 2024/Foto: Instagram/Sri Mulyani
Ketika Sri Mulyani Cemas Perubahan Iklim Gerus PDB sampai 10 Persen Tahun Depan

Sri Mulyani Indrawati mengatakan, perubahan iklim dapat menyebabkan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 10 persen pada 2025.


Menhan Singapura: Perlu Tindakan Korektif untuk Hadapi Perubahan Iklim

12 hari lalu

Senior Minister and Coordinating Minister for National Security H.E Teo Chee Hean menyampaikan paparan saat menjadi keynote speaker dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Kamis, 5 September 2024. Paparan tersebut mengangkat terkait dengan ASEAN Sustainability Pathways. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Menhan Singapura: Perlu Tindakan Korektif untuk Hadapi Perubahan Iklim

Menhan Singapura menilai untuk menghadapi perubahan iklim diperlukan tindakan kolektif dan konsisten dari semua pemangku kepentingan


Jokowi Sebut Masalah Iklim Tak Akan Selesai

13 hari lalu

Presiden Jokowi ditemui usai acara di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur pada Jumat, 30 Agustus 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Jokowi Sebut Masalah Iklim Tak Akan Selesai

Presiden Jokowi kembali menyoroti tantangan berat dalam mengatasi masalah perubahan iklim. Apa katanya?


Soal Ketersediaan Padi, Kebijakan Kementan Efektif Merespons Perubahan Iklim

15 hari lalu

Anomali Harga Gabah di Musim Kemarau BPS melaporkan penurunan harga gabah kering panen di tingkat petani sebesar 1,15% pada Agustus 2024, di tengah tantangan El Nino dan kemarau panjang. Dok. Kementan
Soal Ketersediaan Padi, Kebijakan Kementan Efektif Merespons Perubahan Iklim

Penurunan harga beras sebagian besar disebabkan oleh beberapa wilayah sentra yang tengah memasuki masa panen raya. Sementara itu, kenaikan harga di sejumlah daerah umumnya terjadi di wilayah yang tidak sedang dalam masa panen.


Koalisi Masyarakat Sipil Serahkan Rekomendasi untuk SNDC: Ingatkan Dampak Perubahan Iklim terhadap Kelompok Rentan

19 hari lalu

Seorang petani menunjukkan tanaman padi berumur sekitar satu bulan mati akibat kekeringan di area persawahan Desa Suak Raya, Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Selasa 30 Juli 2024. Sebagian sawah petani di Kecamatan Johan Pahlawan, Meureubo dan Kecamatan Samatiga mengalami kekeringan dan terancam gagal panen. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Koalisi Masyarakat Sipil Serahkan Rekomendasi untuk SNDC: Ingatkan Dampak Perubahan Iklim terhadap Kelompok Rentan

Koalisi Masyarakat Sipil mendorong pemerintah menjadikan momentum penyerahan dokumen kontribusi iklim dalam SNDC sebagai upaya koreksi komitmen iklim.


Kebakaran Hutan Ekstrem di Kanada 2023 Rilis 647 Megaton Karbon ke Atmosfer

20 hari lalu

Asap dan api dari kebakaran hutan menjadi latar belakang rumah-rumah di seberang Danau Okanagan di West Kelowna, British Columbia, Kanada, 17 Agustus 2023. REUTERS/Dan Riedlhuber
Kebakaran Hutan Ekstrem di Kanada 2023 Rilis 647 Megaton Karbon ke Atmosfer

Kuantifikasi emisi karbon dari kebakaran hutan ekstrem di Kanada pada tahun lalu tersebut dilakukan lewat kajian tim di Laboratorium Propulsi Jet NASA


Serba-serbi tentang Paus Fransiskus jelang Tur Asia Tenggara, termasuk Indonesia

20 hari lalu

Paus Fransiskus mengadakan audiensi umum mingguan di Vatikan, Rabu, 28 Agustus 2024. REUTERS/Ciro De Luca
Serba-serbi tentang Paus Fransiskus jelang Tur Asia Tenggara, termasuk Indonesia

Paus Fransiskus akan menempuh perjalanan sejauh 33.000 km untuk mengunjungi empat negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.