Burhanuddin menyebutkan, dalam simulasi enam nama cagub dan cawagub Jatim, elektabilitas Khofifah di angka 52,0 persen disusul Tri Rismaharini atau Risma di angka 22,8 persen dan Emil Dardak 7,2 persen. Lalu ada nama Lukmanul Khakim di angka 1,3 persen; Luluk Nur Hamidah 1,0 persen; dan K.H. Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans 0,7 persen.
Ketika simulasi dikerucutkan tiga nama, elektoral Khofifah menguat di angka 60,9 persen diikuti Risma dengan 26,9 persen dan Luluk di angka 1,8 persen.
“Ketika simulasi tiga nama cagub Jatim, nama Khofifah melejit setelah Emil Dardak kita keluarkan dalam simulasi. Hasilnya, pendukung Emil dengan sendirinya memilih Khofifah dari sebelumnya elektabilitas Khofifah di kisaran 50 persen, langsung kumpul ke Khofifah di angka 60 persen,” kata Burhanuddin.
Dia menyebutkan Emil menjadi cawagub dengan sumbangsih elektoral terbesar ke cagub Jatim 2024. Alhasil, dalam simulasi berpasangan, Khofifah-Emil menembus angka 61,2 persen.
“Di antara cawagub yang relatif sudah punya kontribusi elektoral cukup lumayan adalah Emil Dardak di angka 7,2 persen (survei top of mind). Dia punya kontribusi, jadi bukan hanya kekuatan elektoral personal Khofifah yang sementara ini mengungguli nama-nama lain, tapi wakilnya yakni Emil punya kontribusi yang lumayan. Nama lain belum cukup kontribusi,” ujarnya.
Survei Indikator digelar pada 9-14 September 2024 dengan jumlah responden mencapai 1.000 orang yang diwawancara tatap muka. Survei menggunakan metode multistage random sampling dan dengan asumsi metode simple random sampling dengan toleransi kesalahan kurang lebih 3,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Pilihan editor: Cagub Malut Benny Laos Meninggal, Ini Kata KPU Soal Syarat Pergantian Calon Kepala Daerah