INFO NASIONAL - Kejuaraan World Surf League (WSL) Nias Pro 2024 Kualifikasi Seri 5.000 yang digelar di Pantai Sorake, Kecamatan Luahagundre Maniamolo, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara, berlangsung sukses. Kegiatan yang berlangsung pada 8-15 Juni 2024, itu diikuti 239 peserta dari 17 negara, termasuk peselancar lokal.
Ajang surfing tahunan ini mengundang daya tarik peselancar dunia. Tak heran bila jumlah peserta terus meningkat setiap tahunnya. Pada 2018, peserta kegiatan berselancar tersebut sebanyak 45 orang dari sembilan negara. Angkanya naik menjadi 126 peselancar dari 15 negara pada 2019. Sepanjang 2020-2021 tidak terselenggara akibat pandemi Covid-19. Dan di 2022, jumlah peserta melonjak menjadi 201 orang dari 15 negara, kemudian 198 peserta dari 15 negara pada 2023.
Bupati Nias Selatan, Hilarius Duha tersenyum puas mengingat kesuksesan WSL Nias Pro 2024 tersebut. “Kenyataannya, jumlah peselancar dan pengunjung yang datang dari tahun ke tahun terus meningkat. Ini semua hasil kerja sama yang baik dari pusat sampai daerah,” kata Hilarius.
Hilarius menuturkan, sektor pariwisata di Nias Selatan memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Terlebih, ada banyak tempat wisata potensial yang belum terelaborasi. “Kami selalu mencari spot yang baru, di samping yang sudah ada untuk surfing, diving, dan snorkeling,” ujarnya.
Salah satu spot wisata yang dikembangkan adalah Pantai Nani’o di Desa Sondregeasi, Kecamatan Luahagundre Maniamolo. Hilarius menyasar pantai sepanjang 3 kilometer itu karena selama ini menjadi lahan tidur. Sebagian besar penduduk mencari nafkah sebagai pemungut buah kelapa.
Setelah disulap menjadi destinasi wisata, kawasan ini mulai berbenah dengan akses yang lebih mapan, wisatawan berdatangan, dan sumber penghasilan masyarakat bertambah. Pemerintah Kabupaten Nias pun membuat nama khusus untuk pantai yang indah itu, yakni Nani’o Paradise.
Hilarius berharap potensi pariwisata di Nias Selatan mendapatkan perhatian yang lebih besar lagi. “Saat ini memang semua sudah diperhatikan, tetapi istilahnya ada perhatian yang lebih lagi dari pusat ke daerah,” kata dia.
Di bidang budaya, Pemerintah Kabupaten Nias Selatan berkomunikasi dengan tokoh masyarakat, tokoh adat, dan generasi muda, untuk mempertahankan tradisi leluhur. Contohnya, jangan membongkar rumah-rumah adat dan menggantinya dengan rumah modern berbahan semen atau beton.
“Begitu pula dengan upacara adat, mulai dari kelahiran, pesta pernikahan, acara kematian, semua tetap dipertahankan,” kata Hilarius. “Kalaupun ada yang perlu disesuaikan, jangan menghilangkan ciri khas budaya kita.”
Pemerintah Kabupaten Nias Selatan juga telah menetapkan Desa Bawömataluo di Kecamatan Fanayama sebagai desa budaya. Budaya yang populer dari desa ini adalah tradisi lompat batu". Desa ini diusulkan menjadi kawasan warisan budaya dunia dalam Situs Warisan Dunia UNESCO pada 2009.
Adapun tantangan dalam mendorong pertumbuhan pariwisata di Kabupaten Nias Selatan, menurut Hilarius Duha, adalah aksesibilitas dan infrastruktur yang harus terus dibenahi. Dia berharap ada penerbangan langsung dari Jakarta ke Nias Selatan dan perbaikan jalan dari Pelabuhan Udara Binaka ke Kabupaten Nias Selatan sepanjang sekitar 90 kilometer.
Masyarakat sudah menikmati manfaat pengembangan pariwisata di Kabupaten Nias Selatan. Hal ini terbukti dari kian menjamurnya hotel dan usaha kuliner di sana. “Ini semua masih sangat mungkin untuk dimaksimalkan. Mulai dari pembenahan infrastruktur, promosi pariwisata, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia,” katanya.
Inovasi dan jerih payah ini mengantarkan Hilarius menyabet penghargaan Apresiasi Tokoh Indonesia 2024 untuk kategori Pariwisata dan Pelestarian Budaya dari Tempo Media Group. “Saya mengucapkan terima kasih. Semua keberhasilan ini milik kita semua karena kerja sama seluruh elemen masyarakat,” kata bupati yang sudah menjabat selama dua periode ini. (*)