TEMPO.CO, Port Moresby - Paus Fransiskus memimpin misa di John Guise Stadium, Papua Nugini. Dalam kotbahnya, Fransiskus meminta agar umat Katolik membuka dirinya untuk Tuhan dengan cara mengesampingkan ego, ketidakpedulian, ketakutan mengambil risiko, merasa benci, dan dilingkupi dendam.
Paus berkebangsaan Argentina itu menyebut orang-orang di Papua Nugini mungkin merasa terpencil dan berada di ujung dunia. Namun itu bukan menjadi alasan untuk juga jauh dari nilai-nilai keagamaan.
“Tuhan menyentuh orang hingga ujung dunia. Ia ingin mendekat kepada Anda dan mendobrak jarak,” kata Paus Fransiskus di John Guise Stadium, Port Morseby, Papua Nuguni, Ahad, 8 September 2024.
Jorge Mario Bergoglio atau Fransiskus meminta agar umat Katolik menjadikan Injil sebagai pegangan hidup agar mereka terhindar dari berbagai konflik. “Kejahatan dan ilmu sihir tidak mengubah hidup kita. Jadi Marilah kita katakan tidak kepada semua itu,” kata Paus Fransiskus.
Misa di John Guise Stadium dihadiri sekitar 35 ribu umat. Otoritas setempat mengatakan para umat datang dari 22 provinsi. Tak semua berkewarganegaraan Papua Nugini. Beberapa di antaranya adalah orang Filipina yang tinggal di Port Moresby.
Kompain Frank, 22 tahun, berharap kedatangan Paus Fransiskus di Papua Nugini akan membawa perubahan yang lebih baik untuk anak-anak muda. Ia menyebut anak-anak muda menanti kedatangan Uskup Roma itu untuk mendengarkan pesan-pesannya.
Para anak muda telah menjemput kedatangan Paus sejak ia mendarat di Bandara Internasional Jackson, Jumat, 6 September 2024. “Orang-orang muda menunggu Paus sambil membawa lilin. Mereka menunggu Paus yang melambaikan tangan kepada semua orang,” kata Frank.
Pilihan Editor: Paus Fransiskus Pimpin Misa di Papua Nugini, Warga: Semoga Ketegangan dan Konflik Berakhir