TEMPO.CO, Jakarta - Podcast Bocor Alus Politik Tempo menerima penghargaan Udin Award 2024 dalam perayaan Hari Ulang Tahun Aliansi Jurnalis Independen atau AJI Indonesia ke-30 pada Jumat malam, 9 Agustus 2024. Penghargaan ini diputuskan melalui penjurian dari tiga juri, yaitu Ketua Pusat Kajian Hukum dan Keadilan Sosial Fakultas Hukum UGM Herlambang Wiratraman, Manajer Media dan Kampanye Amnesti Nurina Savitri, dan Ketua Divisi Advokasi AJI Indonesia Erick Tanjung.
Dalam pertimbangannya, dewan juri menilai siniar Bocor Alus Politik Tempo itu telah menginspirasi publik untuk turut mengawal kerja pers yang bebas dan independen. Podcast yang kerap membicarakan isu-isu politik nasional ini juga dinilai telah menginspirasi publik soal pentingnya memperjuangkan kebebasan pers, serta pemenuhan hak atas informasi.
"Selama keberadaannya Bocor Alus (Politik Tempo) berani memberitakan isu-isu sensitif yang berdampak pada kepentingan publik," kata dewan juri di Gedung Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Jumat, 9 Agustus 2024.
Podcast Bocor Alus Politik Tempo juga dinilai berani memberitakan isu-isu sensitif dan mengungkap permasalahan sosial, yang berdampak pada kepentingan publik. "Maka dengan ini dewan juri berkesempatan memutuskan pemenang kategori Udin Award 2024 adalah Podcast Bocor Alus Tempo," ujar dewan juri.
Empat jurnalis Tempo, yang juga podcaster Bocor Alus Politik Tempo hadir langsung menerima penghargaan Udin Award 2024 dari AJI Indonesia. Di antaranya ialah Stefanus Pramono, Francisca Christy Rosana, Raymundus Rikang, dan Hussein Abri Dongoran.
Dalam sambutannya, Stefanus Pramono menyampaikan terima kasih atas penghargaan Udin Award yang diberikan kepada Podcast Bocor Alus Politik Tempo. Dia mengungkapkan alasan Tempo membentuk siniar yang aktif membahas isu politik nasional. Pembahasan dalam siniar itu merupakan bagian dari digitalisasi laporan Majalah Tempo yang terbit sepekan sekali.
Pramono mengatakan, bahwa kru Bocor Alus Politik Tempo kerap mendapatkan ancaman. Meski begitu, ia meyakini bahwa masih banyak juga jurnalis di berbagai daerah yang mengalami ancaman dalam kerja-kerja persnya.
Karena itu, ia mengatakan bahwa penghargaan Udin Award ini dipersembahkan untuk seluruh jurnalis dan publik. "Tentu saja diam dan tunduk bukan pilihan kita semua yang ada di sini," ujarnya.
Dikutip dari aji.or.id, pemberian Udin Award telah menjadi agenda rutin dalam setiap perayaan HUT AJI. Nama Udin Award diambil dari nama Jurnalis Bernas, Fuad Muhammad Syafruddin atau akrab disapa Udin. Ketika melakukan liputan di Yogyakarta pada 1996, Udin mengalami penganiayaan dan intimidasi.
Berita yang ditulisnya pada 13 Agustus 1996 menjadi akar dari penganiayaan tersebut. Akibat penganiayaan yang dialaminya, pada 16 Agustus 1996, Udin meninggal dunia. Hingga kini, kasus pembunuhan Udin tidak terungkap dan pembunuhnya masih berkeliaran.
AJI berupaya untuk terus mendorong kebebasan pers dan kebebasan berekspresi melalui Udin Award. Perhargaan tersebut diberikan kepada jurnalis maupun kelompok jurnalis profesional yang memiliki dedikasi kepada dunia jurnalistik serta menjadi korban kekerasan baik fisik atau psikis karena terkait langsung dengan aktivitas jurnalistiknya.
Pilihan Editor: Jejak 3 Dekade AJI Melawan Kekerasan Terhadap Jurnalis