INFO NASIONAL – Compas, sebuah perusahaan riset pemasaran, melakukan survei boikot produk-produk yang terafiliasi Israel. Perusahaan ini memonitor Fast Moving Consumer Goods (FMCG) di E-commerce melalui platform Shopee dan Tokopedia pada periode 19 Mei – 15 Juni 2024.
Berdasarkan data Compas, sales value 156 dari 206 brand yang diyakini terafiliasi Israel menurun, sebaliknya manufaktur dalam negeri justru meningkat. “Konsumen yang mengikuti aksi boikot cenderung mengganti produk dengan brand lain yang tidak terafiliasi Israel, dan lebih memilih brand lokal sebagai substitusi produk,” kata Hanindia Narendrata selaku Co-founder & CEO Compas.co.id, akhir Juni lalu.
Berdasarkan datanya, total jumlah produk terjual (sales quantity) dari 206 merek terafiliasi Israel di Indonesia merosot 3 persen dibanding dua pekan sebelumnya, dari 6.884.802 jumlah produk terjual, turun ke angka 6.673.745 produk. Pada periode survei, sebanyak 37 kategori produk ibu dan bayi masuk dalam list boikot, dan 92 persen di antaranya mengalami penurunan jumlah produk terjual. Sementara pada brand kesehatan, sebanyak 29 brand yang masuk ke list boikot, 74 persen di antaranya mengalami penurunan jumlah produk terjual dibandingkan dengan 2 minggu sebelumnya.
Selanjutnya, pada kategori makanan dan minuman, sebesar 74 persen dari 75 brand yang terboikot juga mengalami penurunan jumlah produk terjual. Lalu pada 85 brand di kategori perawatan dan kecantikan, sebesar 62 persen di antaranya juga mengalami penurunan penjualan.
Penurunan makin tajam terjadi pada periode 1 hingga 7 Juni 2024, di mana sektor FMCG di E-commerce anjlok sebesar 7 persen dari 2.407.460 ke 2.223.273 produk. Namun, hasil survei Compas juga mencatatkan hal yang menarik. Berdasarkan riset yang dilakukan, Narendrata menjelaskan bahwa konsumen yang melakukan aksi boikot beralih ke brand produksi dalam negeri yang diyakini tidak terafiliasi Israel.
Untuk kategori makanan dan minuman, kalau sejumlah brand perusahaan multinasional mengalami penurunan penjualan yang cukup signifikan, sebaliknya produsen dalam negeri justru tumbuh signifikan. Sebagai contoh, Mayora mengalami peningkatan penjualan produk sebanyak 9 persen disusul Wings Group 4,7 persen, Gunung Slamet Slawi 1,7 persen (GSS).
Peralihan konsumen dari brand global ke brand produk dalam negeri di kategori ibu dan bayi menurut Narendrata paling jelas kelihatan, dibandingkan dengan kategori FMCG lainnya. Di sektor ini, produsen global mengalami kemerosotan jumlah produk terjual hingga mencapai angka 18,3 persen.
Dengan kata lain, brand global di kategori ibu dan bayi adalah yang paling keras terdampak akibat boikot produk terafiliasi Israel, dibandingkan kategori lain di FMCG. “Melihat pantauan terkini melalui sosial media, diperkirakan gerakan boikot masih akan berlanjut,” kata Narendrata.
Sementara itu, pada survei yang berbeda, Edisi terbaru Edelman’s 2024 Trust Barometer Special Report: Brands and Politics, yang dikeluarkan pada pertengahan Juni 2024, melaporkan hasil survey 15.000 konsumen di 15 negara, yang menunjukkan bahwa Indonesia, bersama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA), berada di peringkat teratas dalam hal aktivitas boikot terhadap merek-merek global yang terafiliasi Israel.
“Di Indonesia, negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, satu dari dua warganya menyatakan boikot terhadap merek-merek yang ada hubungannya dengan Israel,” papar laporan tersebut. (*)