TEMPO.CO, Jakarta - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP angkat suara ihwal Partai Keadilan Sejahtera atau PKS, yang menyatakan membuka peluang untuk mengubah peta pencalonan di pilkada Jakarta.
Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, mengatakan partainya menghormati sikap PKS mengenai peluang ini. Namun, PDIP belum dapat menyatakan sikap resmi ihwal ke mana arah dukungan partai.
"Bergabung atau tidak, kami pertimbangkan suara di akar rumput," kata Hasto saat ditemui di Parkir Timur Kompleks Gelora Bung Karno, Sabtu, 29 Juni 2024.
Selasa lalu, PKS mendeklarasikan Anies Baswedan dan Muhammad Sohibul Iman sebagai pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta di pilkada mendatang.
Presiden PKS, Ahmad Syaikhu, mengatakan Anies dan Sohibul Iman dianggap laik karena beprestrasi dan kenyang pengalaman dalam hal kepemimpinan.
Masalahnya, PKS tidak dapat mengusung pasangan calon sendirian. Sebab, perolehan kursi PKS di DPRD Jakarta belum mencukupi syarat 20 persen dari total jumlah yang ditetapkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016.
Adapun jumlah total kursi di DPRD Jakarta adalah sebanyak 110. Artinya, 20 persen dari total tersebut adalah sebanyak 22 kursi. Sedangkan PKS hanya memiliki 18 kursi DPRD di Jakarta. Mereka harus membentuk koalisi dengan partai lain untuk memperoleh tiket maju di pilkada Jakarta.
Koordinator juru bicara PKS, Ahmad Mabruri, mengatakan partainya mempersilakan kepada NasDem, PKB atau pun PDIP ntuk menyodorkan nama kadernya sebagai calon pendamping Anies di pilkada Jakarta.
"Kita lihat pasangan mana yang paling besar peluang menangnya. Anies-Sohibul Iman atau dengan yang lain," kata dia.
Hasto Kristiyanto, mengatakan PDIP akan mempertimbangkan peluang tersebut, termasuk juga peluang lain untuk membentuk koalisi dengan partai lain, misalnya dengan PKB.
"Komunikasinya jalan terus. Dengan PKB, sudah ditugaskan beberapa pengurus. PKS juga demikian, komunikasi jalan terus," ujar Hasto.
Pilihan Editor: PDIP Tunggu Hasil Kajian Sebelum Putuskan Arah Dukungan di Pilkada Jakarta