TEMPO.CO, Jakarta - Terlihat mengenakan batik berwarna merah. Wakil Presiden ke-6 RI Try Sutrisno Hadiri pembukaan Rakernas PDIP ke-5.
Ketua Umum Megawati Soekarnoputri secara khusus menyebut kehadiran Try Soetrisno yang selama ini bergiat bersamanya di Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) sebagai Wakil Ketua Dewan Pengarah BPIP.
Profil Try Sutrrisno
Try Sutrisno merupakan pria kelahiran Surabaya pada 15 November 1932. Try berasal dari keluarga sederhana, dengan ayahnya bekerja sebagai sopir ambulans dan ibunya seorang ibu rumah tangga.
Try Sutrisno memulai karier militernya setelah diterima sebagai taruna di Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad). Berdasarkan laporan dari Pusat Penerangan TNI, setelah menyelesaikan pendidikan di Atekad, Try terlibat dalam perang melawan Pemberontak PRRI pada tahun 1957 dan ikut serta dalam Operasi Pembebasan Irian Barat pada tahun 1962. Operasi tersebut membawanya berkenalan dengan Soeharto, yang saat itu menjabat sebagai Panglima Komando Mandala di Sulawesi atas penunjukan Soekarno.
Pada tahun 1974, Try terpilih menjadi ajudan Presiden Soeharto, sebuah posisi yang kemudian melesatkan kariernya. Menurut informasi dari tni.mil.id, pada tahun 1978, ia diangkat sebagai Kepala Komando Daerah Staf di KODAM XVI/Udayana, kemudian setahun berikutnya menjadi Panglima Daerah KODAM IV/Sriwijaya. Empat tahun setelah itu, ia diangkat menjadi Panglima Daerah KODAM V/Jaya yang berbasis di Jakarta.
Karier Try terus menanjak, dan pada Agustus 1985, ia dinaikkan pangkatnya menjadi Letnan Jenderal TNI dan diangkat sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad), mendampingi Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Rudhini. Hanya sepuluh bulan kemudian, pada Juni 1986, ia diangkat menjadi Kasad menggantikan Jenderal TNI Rudhini. Ia menduduki jabatan tersebut selama sekitar satu setengah tahun sebelum dipromosikan menjadi Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab atau Panglima TNI) pada awal 1988, menggantikan Jenderal TNI LB Moerdani.
Mantan Wakil Presiden RI periode 1993-1998 ini dikenal sebagai seorang negarawan yang jujur, sederhana, loyal, berdedikasi tinggi, dan berpendirian teguh. Try tidak haus kekuasaan dan tidak pernah menghalalkan segala cara untuk mencapai jabatan.
Setelah masa tugasnya sebagai Wakil Presiden berakhir pada tahun 1998, ia digantikan oleh BJ Habibie pada Sidang Umum MPR 1998. Dalam sebuah wawancara, Try mengungkapkan bahwa ia memilih untuk membeli rumah dinas Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dengan cara mencicil, karena sebagai mantan KSAD, ia diperbolehkan untuk membeli rumah dinas tersebut.
Menurutnya, sikap "nrimo"-nya tersebut malah membawa berkah bagi dirinya hingga sekarang. Menurutnya ia tak perlu takut dengan KPK terkait asal usul rumahnya. "Saya nerimo, Tuhan akhirnya kasih. Saya bisa tidur nyenyak tanpa takut KPK. Kan di daftar semua asalnya," sebutnya.
Try Sutrisno, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), diketahui telah berulang kali menyerahkan rumah dinasnya kepada prajurit-prajurit lainnya. Tindakan ini didasari oleh kesadarannya bahwa masih banyak tentara yang memerlukan tempat tinggal.
ANANDA RIDHO SULISTYA I NAUFAL RIDHWAN I ANNISA FIRDAUSI
Pilihan Editor: Try Sutrisno Soal Wacana Presidential Club: Jangan Hanya Omongan tapi Dari Hati