INFO NASIONAL - Kementerian Keuangan bersama Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia per triwulan I-2024, mencapai 5,1 persen year on year (yoy). Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet mengatakan, pertumbuhan positif ini patut dikelola dengan penuh kebijaksanaan karena ketidak pastian global.
“Pertumbuhan ekonomi bisa menjadi modal bagi negara untuk melakukan transisi pemerintahan dari administrasi pemerintahan pimpinan Presiden Joko Widodo ke administrasi pemerintahan baru, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, sebagai pemenang Pilpres 2024,” ujarnya.
Untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi, kata Bamsoet, tim transisi Prabowo-Gibran harus pro aktif membangun komunikasi yang intens dengan tim ekonomi pemerintahan Jokowi, untuk menganalisis masalah dan mengajukan strategi kebijakan untuk merawat dan mempertahankan pertumbuhan yang tinggi itu.
Pertumbuhan tinggi triwulan I-2024 disumbang oleh konsumsi rumah tangga yang kuat. Selain itu, belanja pemerintah untuk penyelenggaraan Pemilu 2024 pun ikut memperkuat konsumsi rumah tangga, seperti pemberian honorarium petugas Pemilu.
“Agar kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan tetap terjaga, strategi yang paling masuk akal adalah merawat kekuatan daya beli atau konsumsi masyarakat. Daya beli masyarakat itu akan terjaga jika laju inflasi terkendali,” ujarnya.
Kata Bamsoet, sejak awal pekan ini harga minyak mentah atau crude oil Brent masih berada di level 83 US$ per barel. Sementara itu, nilai tukar rupiah-US$ masih di kisaran Rp 16.000 per US$. Ini bisa memberi tekanan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dua faktor tersebut tak lepas dari pengaruh konflik Timur Tengah. Menurutnya, jika melihat situasi global saat ini, rumusan dan strategi kebijakan Indonesia hendaknya bernuansa antisipatif.
Bamsoet menyarankan, tim transisi pemerintahan baru harus mencermati keadaan konflik global saat ini. Tim transisi harus berani membuat prediksi tentang dinamika global di masa depan.
Tingginya harga minyak global dan menguatnya nilai tukar US$, berdampak pula pada subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang membengkak. Menguatnya nilai tukar US$ di tengah suku bunga acuan yang tinggi menyebabkan pengeluaran untuk membayar pokok dan bunga utang luar negeri menjadi lebih besar dari sebelumnya.
“Kementerian ESDM memang sudah menegaskan pemerintah belum berencana menaikkan harga BBM, kendati kenaikan harga minyak mentah berdampak pada anggaran subsidi energi. Juga dipastikan bahwa pemerintah tidak menaikkan harga BBM hingga Juni 2024 nanti,” kata dia.
Bamsoet mengatakan, tim transisi Prabowo-Gibran harus pro aktif untuk berkoordinasi dengan tim ekonomi Presiden Jokowi, untuk merumuskan strategi bersama agar merawat dan memperkuat daya beli masyarakat, menjaga laju inflasi agar tetap terkendali, serta mencari strategi yang lebih efektif untuk tidak menaikkan harga BBM bersubsidi dalam jangka dekat ini.
Bamsoet menyarankan agar pemerintah mengubah skala prioritas. Menurutnya, tidak ada salahnya jika program-program yang tidak relevan dengan masalah atau tantangan terkini ditunda, sehingga semua sumber daya yang masih ada digunakan untuk mempertahankan harga energi.
“Soalnya, ketika harga energi dinaikan, dampaknya sangat signifikan. Biaya produksi naik. Otomatis harga barang dan jasa ikut naik. Laju inflasi menjadi sulit dikenalikan. Kenaikan harga barang dan jasa akan memperlemah daya beli atau konsumsi masyarakat. Maka, sulit untuk merharapkan pertumbuhan ekonomi nasional akan kuat seperti halnya pertumbuhan triwulan pertama-2024,” ujarnya. (*)