TEMPO.CO, Jakarta - Kerajaan Majapahit, adalah salah satu kerajaan terbesar dan terkuat di nusantara. Berkuasa dari 1294 sampai 1527 M, kerajaan ini memiliki beberapa pemimpin perempuan yang menonjol selama masa pemerintahannya. Ini hal yang menarik dan cukup unik, mengingat banyak kerajaan dan imperium lain di dunia saat itu rata-rata dipimpin oleh laki-laki.
Tiga pemimpin perempuan penting di Majapahit adalah Gayatri Raja Patni, Tribhuwana Wijaya Tunggadewi, dan Dewi Kencana atau Dyah Suhita. Masing-masing memiliki peran penting dalam menjaga kestabilan dan kemakmuran kerajaan.
3 Pemimpin Perempuan di Kerajaan Majapahit
1. Gayatri Rajapatni
Dilansir dari publikasi Arsitektur Kerajaan-Kerajaan Kediri, Singasari & Majapahit di Jawa Timur Indonesia, Gayatri Rajapatni atau dikenal sebagai Raja Patni adalah salah satu putri dari Kertanagara, raja terakhir Singhasari. Ia menikah dengan Raden Wijaya, pendiri Majapahit (1293-1309 M), yang menjadikan Gayatri sebagai permaisuri pertama Majapahit.
Mulanya tampuk pemerintahan Majapahit digantikan oleh Kalagemet yang merupakan putra Raden Wijaya dengan Parameswari. Namun, pada masa pemerintahan Kalagemet banyak terjadi pemberontakan. Sampai akhirnya, pada 1328 M Kalagemet oleh tabib pribadinya bernama Tanca. Roda kekuasaan Majapahit kemudian diambil alih oleh Raja Patni.
Bersama patihnya Gajah Mada, Raja Patni berhasil menegakan kembali wibawa Majapahit dengan menumpas segala pemberontakan yang banyak terjadi. Namun, setelah itu, ia memutuskan mengundurkan diri sebagai raja dan menjadi pendeta Budha.
2. Tribhuwana Wijaya Tunggadewi
Tribhuwana Wijaya Tunggadewi adalah putri Gayatri Raja Patni dan Raden Wijaya. Ia memerintah sebagai ratu Majapahit dari tahun 1328 hingga 1350. Ia adalah penguasa ketiga Majapahit. Pemerintahannya diingat sebagai periode perluasan wilayah dan konsolidasi kekuasaan.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Tribhuwana dibantu oleh patih Gajah Mada. Majapahit kemudian tumbuh menjadi negara yang besar dan termasyur, baik di kepulauan nusantara maupun luar negeri. Pada 1350 M, Tribhuwana mengundurkan diri sebagai raja. Ia digantikan oleh anaknya bernama Hayam Wuruk.
3. Dyah Suhita (Dewi Kencana)
Dyah Suhita, yang juga dikenal sebagai Dewi Kencana, adalah putri dari raja Wikramawardhana (memerintah hingga tahun 1429 M) yang merupakan suami dari Kusumawardhani, anak Hayam Wuruk. Dyah Suhita anak kedua Wikramawardhana dari selirnya. Selirnya merupakan putri dari Wirabhumi, saudara tiri dari Kusumawardhani.
Dyah Suhita memerintah dari 1429 sampai 1447 M. Masa pemerintahannya ditandai dengan stabilitas internal. Sebab, pada masa pemerintah sebelumnya, Majapahit dibagi atas dua wilayah kekuasaan. Wilayah timur dikuasai oleh Wirabhumi, dan wilayah barat di pimpin oleh Wikramawardhana dan Kusumawardhani. Kedua wilayah sempat mengalami ketegangan, sampai akhirnya terjadi perang saudara (Paragreg) pada 1403 sampai 1406 M.
Perang itu dimenangkan oleh Wikramawardhana yang kemudian menyatukan kembali wilayah Majapahit. Dengan naik tahtanya Dyah Suhita, diharapkan dapat meredakan persengketaan kekuasaan.
Pilihan Editor: Sejarah Hubungan Madura dan Majapahit, Petilasan di Sampang