TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah mahasiswa jenjang S1 Universitas Tanjungpura atau Untan buka suara setelah kasus mengenai pelanggaran akademik oleh salah satu dosen di kampus tersebut menjadi perhatian. Mahasiswa-mahasiswa ini mengungkap adanya praktik janggal dosen itu dalam proses pembelajaran di kampus. Mulai dari meminta mahasiswa mengerjakan jurnal tanpa mencantumkan nama, meminta uang untuk publikasi jurnal, hingga memanfaatkan mahasiswa untuk kepentingan pribadi.
Kepada Tempo, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Untan 2019 melaporkan bahwa ada banyak cerita dari rekannya yang menyebut bahwa dosen tersebut meminta mahasiswa untuk mengerjakan artikel jurnal ilmiah miliknya. Berdasarkan cerita mahasiswa yang melapor, ada mahasiswa akhir yang mengaku diminta bayaran uang agar jurnalnya bisa masuk publikasi ilmiah. Padahal, publikasi ilmiah harusnya tak dibayar.
Mahasiswa ini mengaku mendengar ada mahasiswa pasca-sidang yang skripsinya dibimbing oleh salah satu dosen dan diminta untuk menyerahkan naskah artikel skripsinya kepada si dosen pembimbing. Janji si dosen adalah dia yang akan meng-upload artikel ini untuk publikasi ke jurnal yang bagus. Akan tetapi, si dosen meminta mahasiswa yang ingin publikasi ini untuk memberikan bayaran dengan kisaran Rp 200 ribu.
Dosen ini sebelumnya diduga juga menjadi joki nilai mahasiswa Program Magister (S2) FISIP Untan. Dia memanipulasi nilai dalam SIAKAD. Sumber Tempo yang merupakan alumnus S2 Untan mengatakan, mahasiswa yang tertarik biasanya hanya mengejar gelar untuk mendapatkan jabatan di tempat kerjanya. Mereka biasanya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau anggota DPRD.
Untuk mahasiswa yang bekerja sebagai PNS ditawari harga Rp 20 hingga Rp 30 juta. "Angka ini sudah terkonfirmasi. Saya dengar dari orang-orang itu," kata sumber Tempo ini, saat dihubungi, Selasa, 16 April 2024.
Rupanya, pelanggaran akademik juga kerap dialami oleh mahasiswa S1 FISIP Untan. Mahasiswa yang melapor ini membuka akses terhadap rekannya yang mengalami kejadian kurang menyenangkan itu dan bersedia diwawancarai. Polanya, mereka diminta datang ke rumah dosen tersebut dengan alasan untuk keperluan nilai atau bimbingan.
Ketika masih menjadi mahasiswa baru atau maba mahasiswa ini mengaku pernah dihubungi lewat telepon oleh dosen itu dan diminta datang ke rumahnya. Namun, karena sudah mengetahui cerita dari rekan lainnya, dia memberanikan diri untuk menolak permintaan dosen.
"Waktu itu di-chat lewat WhatsApp bahkan ditelepon disuruh datang ke rumahnya. Cuma karena memang saya sebagai maba sudah dengar rumor sana-sini jadi tidak pernah saya gubris," kata mahasiswa itu.
Tak hanya itu, dia mengaku sempat mendapatkan ancaman karena menolak, "Pakai nilai atau sesuatu yang berhubungan dengan itu."
Namun, beberapa temannya yang lain menjadi korban. Terkhusus yang berhubungan dengan dosen itu selama bertahun-tahun. Ada tiga mahasiswa yang menceritakan kepada Tempo soal pelanggaran akademik yang dilakukan oleh dosen.
Cerita Mahasiswa yang Kerap Disuruh Membantu Jurnal Dosen UNTAN
Sumber Tempo yang juga merupakan mahasiswa Untan angkatan 2019 bercerita beberapa kali mengambil mata kuliah dosen tersebut. Dia mengaku, bukan cuma mahasiswa didikan dosen itu saja yang mengalami kejadian kurang mengenakkan tersebut (mahasiswa yang jadi anak bimbingan Dosen Pembimbing Akademik), tapi juga yang pernah mengambil kelas si dosen. Kejadian ini berlangsung sekitar 2019 atau 2020.
"Kalau yang saya pribadi alami, waktu awal semester dan mulai kuliah, dosen itu menggunakan alasan, 'Karena kamu mahasiswa didik saya,' Mau enggak mau saya mengikuti kemauan dia," kata mahasiswa itu kepada Tempo, Jumat, 19 April 2024.
"Kalau saya minta kamu ke rumah, kamu harus bisa soalnya nanti di rumah itu saya bisa kasih kamu nilai, bantu kamu dan yang lainnya," kata si dosen berdasarkan pengakuan mahasiswa. Kemudian, mahasiswa ini datang ke rumah dosen itu dan diminta untuk menyusun jurnal milik si dosen.
Ternyata, dosen tersebut tidak mencantumkan nama-nama mahasiswa yang membantunya dalam proses jurnal ilmiah. Jurnalnya dikhususkan untuk nama dosen itu saja.
Sayangnya, kejadian ini masih berlangsung hingga saat ini. Berdasarkan pengakuan mahasiswa itu, dia mendengar bahwa praktik ini berlanjut ke adik-adik tingkatnya. "Dari mereka juga cerita kalau mereka diminta untuk melakukan hal yang sama. Berulang, sampai saat ini. Kemarin, ada adik tingkat yang masih komplain soal dosen ini."
Mahasiswa Dimanfaatkan untuk Kepentingan Pribadi Dosen
Selain untuk keperluan akademik, yakni membantu proses pembuatan jurnal, mahasiswa kerap dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi. Kepada Tempo, mahasiswa FISIP lainnya mengaku pernah diminta untuk mengantar dan menjemput dosen ke acara pribadi dosen tersebut.
Tak hanya itu, beberapa mahasiswa mengungkap harus berurusan dengan keluarga dosen. "Ada teman saya yang pernah dimintai tolong untuk mengurus anaknya. Bahkan parahnya lagi, sampai minta menyetrika baju anaknya. Hal-hal seperti itu pernah terjadi di teman-teman kami," ujar mahasiswa ini menceritakan kejadian yang dialami rekannya.
Praktik Pelanggaran Akademik Dosen: Mahasiswa Dimintai Uang
Perihal dimintai uang untuk publikasi jurnal ilmiah, seorang mahasiswa Untan lainnya kepada Tempo bercerita ada dua orang temannya yang menjadi korban. Pertama, karena laptop mahasiswa yang rusak karena dipakai oleh dosen itu untuk membantu jurnal si dosen.
"Kata dosen itu, uangnya bakal diganti ketika laptop sudah dibenarkan. Sampai sekarang belum diganti," ujarnya.
Selain itu, perihal masalah publikasi jurnal, dosen itu mengatakan hendak membantu memublikasikan jurnal mahasiswa. Namun, tetap ada imbalan untuk dosen tersebut. "Jadi bayar berapa ratus, baru kemudian dosen itu bantu untuk publish jurnalnya," kata dia.
Menyoal tindakan dosen ini yang selalu meminta tolong kepada mahasiswanya untuk membuat jurnal, mahasiswa ini mengaku tak diberikan imbalan apapun. Nama mereka juga tidak dicantumkan sebagai penulis artikel.
"Takutnya orang berpikir bahwa kami pasti dibayar. Selama bantu dosen ini buat jurnal atau penelitian itu, kami tidak menerima sepeser pun."
Respons Kampus
Dekan FISIP Untan, Herlan, mengatakan, pihak kampus saat ini sedang menyusun tim investigasi. Perihal tindakan dosen itu berdasarkan pengakuan mahasiswa, dia belum bisa berkomentar lebih jauh sebelum tim investigasi menyelesaikan tugasnya.
"Sekarang masih dalam tahap investigasi jadi saya rasa biarkan tim bekerja dulu ya," kata Herlan saat dihubungi, Sabtu, 20 April 2024.
Tempo sudah mencoba menghubungi Rektor Untan Garuda Wiko. Namun, ia belum membalas pesan Tempo hingga berita ini diturunkan. Adapun untuk dosen yang bersangkutan, hingga kini dia belum menanggapi permintaan wawancara atau memberikan keterangan apapun saat dihubungi Tempo.
HENDRIK YAPUTRA
Pilihan Editor: Kasus Dugaan Dosen jadi Joki Nilai Mahasiswa Dinilai Rusak Integritas Sivitas Akademika Untan