TEMPO.CO, Surabaya - Rumah Sakit Universitas Airlangga (RS Unair) terkena dampak gempa magnitudo 6,5 yang melada pesisir utara Jawa Timur. Akibatnya, 160 pasien dievakuasi di tenda darurat.
Hal itu dibenarkan oleh Kepala BPBD Surabaya Agus Hebi Djuniantoro. Pihaknya menuturkan bahwa tenda darurat itu atas permintaan RSUA. “Benar. Tenda kami dirikan di halaman RS Unair,” kata Agus, Jumat, 22 Maret 2024.
Menurut Agus, ada 3 tenda darurat yang didirikan sejak pukul 19.00 WIB. Masing-masing bisa menampung sampai 13 pasien. Jumlah itu bisa bertambah sesuai kebutuhan.
Sementara itu, pihak RS Unair mengatakan bahwa pendirian tenda darurat itu untuk keselamatan pasien. Terlebih, ada kerusakan pada bangunan RS Unair sisi timur.
“Tapi bisa kami pastikan gedung utama aman,” kata Manajer Penunjang RS Unair, Nur Cahyo.
Menurut Nur Cahyo, ada sebagian struktur gedung RSUA yang disambung. Namun, bangunan itu bukan tempat perawatan pasien. Sehingga, kerusakan tidak berdampak langsung ke pasien.
“Kerusakan masih kami inventarisir. Malam ini fokus mengamankan pasien, setelah itu baru mengurus gedung,” papar dia.
Nur Cahyo menjabarkan bahwa jumlah pasien RS Unair yang dievakuasi sebanyak 160 orang. Pihaknya melakukan klasifikasi terhadap pasien yang dievakuasi agar bisa memberikan penanganan yang tepat sesuai dengan tingkat kegawatdaruratan.
“Ada gawat sekali, ICU, dan pasien ventilator. Ada yang gawat menengah, dan pasien anak-anak atau pediatri," jelas dia.
Menurut Nur Cahyo, pasien ICU dievakuasi di ruang IGD. Sementara pasiena dengan gawat menengah dievakuasi di lobby. Sementara pasien yang gawat berat akan dirawat di tenda. “Dirawat di tenda supaya apabila terjadi gempa susulan, pasien bisa segra dievakuasi,” jelasnya.
Nur Cahyo juga menjelaskan bahwa pihaknya belum bisa menentukan sampai kapan tenda itu akan berdiri. Pihaknya mengaku hanya menunggu instruksi BMKG.
Pilihan Editor: Pertemuan Surya Paloh-Prabowo, Akankah Berlanjut pada PPP, PKB dan PDIP?