Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kilas Balik Perjanjian Salatiga yang Membagi Kesultanan Mataram dan Akhiri Perang di Jawa

image-gnews
Gedung Pakuwon Salatiga. Wikipedia
Gedung Pakuwon Salatiga. Wikipedia
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Salatiga, sebuah kota yang secara diam-diam menyimpan banyak cerita, telah menjadi saksi bisu dari gelombang peristiwa yang membentuk sejarah Indonesia. Kota ini ratusan tahun lampau telah menyaksikan beberapa episode penting dalam perjuangan melawan penjajahan yang pernah mengoyak Indonesia.

Salah satu peristiwa yang paling mencolok adalah saat Perjanjian Salatiga ditandatangani pada 17 Maret tahun 1757 atau hari ini 267 tahun silam.

Di sinilah Salatiga menjadi tempat pertemuan antara VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) dan Kesultanan Mataram, yang menandai awal dari babak baru dalam hubungan mereka.

Dinukil dari Fahum.umsu.ac.id, penandatanganan perjanjian tersebut berlangsung di Gedung Pakuwon, yang terletak di Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Jawa Tengah. Saat ini, gedung tersebut telah menjadi bagian dari warisan budaya yang dilestarikan dengan baik.

Perjanjian Salatiga diselenggarakan sebagai upaya untuk menyelesaikan ketegangan yang muncul setelah pergolakan kekuasaan yang mengakhiri Kesultanan Mataram. Pertikaian ini timbul karena perselisihan antara Pangeran Sambernyawa dan Pangeran Mangkubumi (Hamengkubuwono I) setelah ditandatanganinya Perjanjian Giyanti pada tahun 1755.

Pangeran Sambernyawa, yang merasa dikhianati oleh Pangeran Mangkubumi, melancarkan perlawanan terhadap VOC, Pangeran Mangkubumi, dan Pakubuwana III karena dirugikan oleh hasil Perjanjian Giyanti. Dalam usaha menyelesaikan konflik tersebut, Perjanjian Salatiga terjalin pada tanggal 17 Maret 1757, melibatkan VOC dengan Kesultanan Mataram yang telah terbagi menjadi dua entitas: Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Selain itu, VOC merasa perlunya mengadakan perjanjian ini karena beberapa alasan, termasuk:

1. Persaingan Wilayah

Wilayah pesisir dan perdagangan di Jawa Tengah memegang peranan ekonomi yang signifikan karena perdagangan rempah-rempah dan sumber daya alamnya. Baik VOC maupun Mataram memiliki keinginan kuat untuk menguasai wilayah-wilayah ini, sehingga menimbulkan persaingan dan ketegangan.

2. Perpecahan Mataram

Setelah keruntuhan Kesultanan Mataram, muncul dua faksi yang bersaing: Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Kedua faksi ini saling bersaing untuk mendapatkan pengakuan dan kekuasaan di wilayah tersebut.

3. Konflik Bersenjata

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pertikaian antara VOC dan Mataram sering kali berujung pada pertempuran bersenjata yang merugikan kedua belah pihak. Ketidakstabilan dan ancaman terhadap perdagangan serta kehidupan masyarakat di daerah tersebut menciptakan situasi yang tidak stabil.

4. Tekanan Eksternal

Berbagai kekuatan asing dan lokal, termasuk VOC, memberikan tekanan kepada kedua belah pihak, mendorong mereka untuk mencari dukungan dan perlindungan guna menjaga posisi mereka. Selain itu, upaya mediasi dari pihak ketiga juga dilakukan. Tokoh-tokoh berpengaruh dan penguasa lokal berusaha keras untuk mengakhiri konflik dan membangun kembali hubungan antara VOC dan Mataram.

Perjanjian Salatiga muncul dalam konteks ini sebagai usaha untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung lama. Perjanjian ini memperbarui struktur wilayah dan hubungan kekuasaan antara VOC dan Mataram. Meskipun secara resmi konflik berakhir dengan perjanjian ini, dampak dan implikasi dari kesepakatan tersebut terus mempengaruhi dinamika politik dan ekonomi di wilayah tersebut, menciptakan perubahan yang berkelanjutan dan mendalam. 

Perjanjian Salatiga memuat beberapa hal, yakni:

1. Raden Mas Said diangkat menjadi Pangeran Miji, sebuah gelar yang memberinya status setingkat dengan raja-raja di Jawa.
2. Pangeran Miji dilarang duduk di Dampar Kencana, takhta kerajaan.
3. Pangeran Miji memiliki hak untuk menyelenggarakan upacara penobatan raja dan menggunakan semua perlengkapan raja.
4. Pangeran Miji tidak diizinkan untuk memiliki Balai Witana.
5. Pangeran Miji tidak diizinkan memiliki alun-alun dan sepasang ringin kembar.
6. Pangeran Miji tidak diperbolehkan melakukan hukuman mati.

Sebagai bagian dari perjanjian tersebut, Pangeran Miji diberikan tanah seluas 4000 cacah yang tersebar di wilayah-wilayah seperti Kaduwang, Nglaroh, Matesih, Wiroko, Haribaya, Honggobayan, Sembuyan, Gunung Kidul, Kedu, dan Pajang, baik di bagian utara maupun selatan.

Salatiga dipilih sebagai lokasi penyelesaian konflik antara VOC dan Kesultanan Mataram karena posisinya yang strategis, terletak di tengah-tengah Jawa Tengah serta memiliki akses yang mudah ke seluruh wilayah Jawa. Selain itu, Salatiga dikenal sebagai tempat peristirahatan pada masa kolonial Belanda, menjadi daerah peristirahatan bagi bangsa Eropa.

JOGJA KOTA | HISTORY MAPS
Pilihan editor: Enam Kota di Indonesia yang Nyaman untuk Pensiunan

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Kisah Meriam Si Jagur yang Direbut Belanda dari Portugis, Kini Dipajang di Kota Tua Jakarta

23 hari lalu

Meriam Si Jagur di Kota Tua, Rabu, 2 April 2024 (TEMPO/Mila Novita)
Kisah Meriam Si Jagur yang Direbut Belanda dari Portugis, Kini Dipajang di Kota Tua Jakarta

Dulu, meriam Si Jagur diletakkan di benteng Portugis di Melaka untuk memperkuat pertahanan mereka di sana.


8 Kuliner Khas Salatiga yang Wajib Dicoba

41 hari lalu

Mudik ke Jogja rasanya kurang lengkap jika belum menikmati rasa bakmi godog yang khas/Foto: Cantika
8 Kuliner Khas Salatiga yang Wajib Dicoba

Salatiga, sebuah kota yang terletak di antara Semarang dan Solo di Pulau Jawa, tidak ketinggalan dalam menyajikan hidangan-hidangan lezat.


5 Daftar Wisata Keluarga yang Dapat Dikunjungi Bersama di Salatiga

41 hari lalu

Pondok Kopi Umbul Sidomukti destinasi wisata untuk menikmati suasana sejuk pinggiran Semarang. Destinasi ini memiliki kafe dan resto yang pas untuk bersantai dengan kolega maupun keluarga. Foto: @ayodolan
5 Daftar Wisata Keluarga yang Dapat Dikunjungi Bersama di Salatiga

Salatiga menjadi salah satu destinasi yang harus dikunjungi. kota yang terletak diantara Surakarta dan Semarang ini memiliki destinasi wisata yang beragam


60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

44 hari lalu

Tarian Beksan Trunajaya membuka Pameran Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta yang digelar 9 Maret hingga 25 Agustus 2024. (Dok. Istimewa)
60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

Penetapan Hari Jadi DI Yogyakarta merujuk rangkaian histori berdirinya Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat


269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

45 hari lalu

Prajurit Keraton Yogyakarta mengawal arak-arakan gunungan Grebeg Syawal di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, 18 Juli 2015. Sebanyak enam buah gunungan diarak dalam acara ini. TEMPO/Pius Erlangga
269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

46 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


Misteri Makam Putra Sultan Agung atau Amangkurat I, Mengapa Berada di Tegal?

22 Februari 2024

Lukisan profil Amangkurat I. Istimewa
Misteri Makam Putra Sultan Agung atau Amangkurat I, Mengapa Berada di Tegal?

Makam putra Sultan Agung atau Amangkurat I berada di Tegal Arum, Tegal, Jawa Tengah. Mengapa makam Raja Kasunanan Surakarta itu justru di Tegal?


Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

11 Februari 2024

Wisatawan berkunjung di kawasan Taman Sari, Yogyakarta, Minggu 25 Desember 2022. Kawasan Taman Sari yang dulunya sebagai tempat peristirahatan bagi Raja Keraton Yogyakarta tersebut ramai dikunjungi wisatawan saat libur Natal 2022. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyasyah
Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

Dua abad lalu, Keraton Yogyakarta pernah dijarah tentara Inggris, tapi keraton tidak hancur dan mash bertahan sampai saat ini.


Tinjau RSUD Salatiga, Jokowi Soroti Antrean Pasien yang Berdesakan

22 Januari 2024

Presiden Jokowi meninjau langsung Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga, Jawa Tengah, pada Senin, 22 Januari 2024. Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
Tinjau RSUD Salatiga, Jokowi Soroti Antrean Pasien yang Berdesakan

Saat melakukan kunjungan kerja ke Jawa Tengah, Presiden Jokowi meninjau RSUD Salatiga dan melihat pelayanan di sana.


Jadi Sorotan karena Dukung Gibran, Begini Sejarah Terbentuknya Satpol PP

4 Januari 2024

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan
Jadi Sorotan karena Dukung Gibran, Begini Sejarah Terbentuknya Satpol PP

Satpol PP tak lepas dari sejarah kependudukan Belanda. Daerah yang pertama kali membentuk Satpol PP adalah Daerah Istimewa Yogyakarta.