TEMPO.CO, Jakarta - Raja Yordania, Abdullah II, menelepon calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto, untuk memberi ucapan selamat. Momen itu diunggah Prabowo di akun Instagramnya, @prabowo, pada Selasa, 12 Maret 2024. Raja Abdullah II memanggil Prabowo dengan sebutan my brother dan my friend. "Turut bahagia untuk Anda, saudaraku. Selamat," kata Raja Abdullah. "Terima kasih. Terima kasih Yang Mulia," ujar Prabowo menjawab.
Raja Abdullah II mengatakan ingin datang langsung ke Indonesia untuk bertemu Prabowo. "Jika waktunya pas saya ingin datang dan bertemu Anda dan memberi selamat untukmu secara langsung. Saya sangat bahagia untuk anda, saya tahu negara anda membutuhkan anda, saya kenal anda sejak lama, saya sangat bangga kawanku," katanya.
Ia juga mengatakan siap menyambut kedatangan Prabowo jika berkunjung ke Yordania. Prabowo membalas ucapan Raja Abdullah dengan mengenang kota Amman. "Saya memiliki kenangan indah di Amman," kata Prabowo. "Saya punya kenangan indah tentang Anda juga, dan saya sangat bahagia. Mendengar suara Anda membuat saya berbahagia hari ini," ujar Raja Abdullah kepada Prabowo.
Prabowo memang punya hubungan istimewa dengan Yordania. Pria penerima gelar Jenderal Kehormatan itu pernah tinggal di Yordania pada 1998 pasca pecahnya Reformasi. Ia bahkan pernah ditawari kewarganegaraan Yordania dari Raja Hussein.
Prabowo pernah membahas soal keputusannya pergi ke Yordania melalui akun X-nya pada 26 Februari 2014. "Bicara mengenai Raja Yordania, mungkin sebagian dari sahabat tahu saya tidak akan pernah lupa akan kebaikan beliau," cuit Prabowo.
Prabowo mengaku mengasingkan diri ke Yordania karena berbagai macam tuduhan yang dialamatkan pada dirinya. "Kala itu jika ada kucing peliharaan yang hilang di ibukota - mungkin saya Prabowo Subianto yang dituduh mengambil. Lebih baik pergi sejenak," katanya.
Prabowo ditawari kewarganegaraan Yordania pasca Reformasi 1998
Dikutip dari Majalah Tempo, Prabowo meninggalkan Jakarta pada September 1998. Ketika itu Prabowo baru saja kehilangan karier militernya. Pada 24 Agustus 1998, Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang memeriksa kasus penculikan sembilan aktivis prodemokrasi, mengumumkan berakhirnya masa dinas Prabowo sebagai hukuman atas tindakan penculikan itu. Pengumuman itu dilakukan Panglima ABRI/Menteri Hankam Jenderal Wiranto yang mengetuai DKP.
Bekas menantu presiden Soeharto itu terlebih dahulu berangkat menuju Boston, Amerika Serikat. Prabowo angkat kaki dari Tanah Air bersama Ragowo, putra tunggalnya yang baru berusia 14 tahun, dan Titiek Soeharto yang ketika itu masih menjadi istrinya. Mereka berada di Boston selama kurang lebih sebulan.
Dari Boston, Prabowo terbang ke Amman, Yordania. Ia memenuhi undangan Pangeran Abdullah, putra Raja Hussein. Prabowo memang pernah diminta menjadi penasihat militer kerajaan itu, mengingat ia pernah melatih tentara Yordania di Batujajar, Bandung.
Kedatangan Prabowo kali ini istimewa. Ia tinggal lebih lama karena ia juga bekerja sebagai general manager grup Tirtamas, perusahaan milik adiknya, Hashim Djojohadikusumo, yang cabang usahanya meluas sampai Timur Tengah. Seperti seorang pimpinan perusahaan, Prabowo punya karyawan dan berkantor di sana. Seorang ajudan ketika ia menjabat Komandan Kopassus juga ikut serta. Ia tinggal di apartemen di jantung kota Amman.
Perkenalan antara Prabowo dan Pangeran Abdullah keduanya dimulai secara kebetulan pada awal Desember 1995. Waktu itu, Abdullah menghadiri pelantikan Prabowo menjadi Komandan Kopassus yang baru menggantikan Brigjen Subagyo Hadisiswoyo.
Bertemu dalam acara pelantikan, disusul beberapa pertemuan pribadi, keduanya ternyata punya banyak kecocokan. Prabowo Komandan Pasukan Khusus, Abdullah juga komandan special operations (SOCOM) di negaranya. Prabowo pada usia 8 tahun bersekolah di Inggris, begitu pula Abdullah yang pada usia 9 tahun sudah dikirim ke boarding school di Inggris, dan tiga tahun kemudian mulai mengecap pendidikan di Amerika Serikat.
Setelah putusan DKP pada 24 Agustus 1998 membuat Prabowo kehilangan jabatan militernya, Abdullah yang disebut-sebut telah mengetahui lebih dulu bahwa putusan untuk Prabowo akan "sangat berat" dari koneksinya di Amerika segera terbang dengan jet pribadinya ke Jakarta.
Ia memberi dukungan kepada rekannya yang tertimpa "musibah" itu, duduk sebentar, makan malam, dan kemudian segera terbang pulang ke Amman, pada hari yang sama. Ketika Prabowo tiba di Amman dari Boston, Prabowo juga dijamu dengan acara kenegaraan.
Sebuah sumber menjelaskan, proses kewarganegaraan Yordania untuk Prabowo ini sudah bergulir sejak Maret lalu atau dua bulan menjelang Presiden Soeharto lengser. Biasanya, negeri-negeri Arab itu tak akan mengeluarkan kewarganegaraan jika tak diminta. Dalam versi ini, diduga pihak Prabowo-lah yang aktif bergerak. Dan diduga Pangeran Abdullah sangat membantu terkait ini. Karena dirinya ingin Prabowo menjadi penasihat militer di Yordania
Selama di Yordania, Prabowo juga ditawari tinggal di salah satu istana kerajaan. Namun Prabowo menolak. Dia lebih memilih tinggal di apartemen yang berdinding batu gurun warna abu-abu bersama ajudannya.
Prabowo sempat kembali menginjakkan kakinya ke Tahah Air pada awal 2000 untuk menjenguk ayahnya yang sakit, meski kemudian harus kembali ke Amman. Akhirnya pada awal 2001, Prabowo memutuskan untuk pulang dan menetap di Indonesia.
Pilihan Editor: Prabowo Janjikan Indonesia Ekspor Pangan 2027, Pengamat: Food Estate saja Gagal