TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi Pemilihan Umum atau KPU, Idham Holik, mengakui ketidakakuratan data yang menyebabkan terjadinya jumlah suara berbeda antara Sirekap dan Formulir Model C1-Plano atau catatan hasil penghitungan suara Pemilu 2024 tidak terjadi hanya pada satu partai. Idham mengungkapkan hal itu menanggapi pertanyaan soal lonjakan suara Partai Solidaritas Indonesia atau PSI.
"Pada umumnya selama ini ketidakakuratan itu terjadi tidak hanya pada satu partai," ujar Idham di Jakarta, Rabu, 6 Maret 2024.
Menurut dia, pemeriksaan hasil perolehan dalam Sirekap tidak hanya dilakukan pada hanya satu partai politik peserta pemilu. "Perhatikan di Sirekap sekarang, kalau saya jelaskan begini, begini, kan sebaiknya diverifikasi mandiri saja. Partai lain kena, tidak?" tanya Idham.
Idham menyebutkan Sirekap bukan penentu hasil resmi perolehan suara. Hasil resmi itu diperoleh dari rekapitulasi berjenjang mulai dari PPK, KPU kabupaten/kota, KPU provinsi, dan KPU RI.
"Hal tersebut bisa dilihat bagaimana KPU melakukan rekapitulasi perolehan suara luar negeri kemarin yang berlangsung hari Rabu, 28 Februari sampai Senin, 4 Maret. Kan dilakukan secara manual," ucapnya.
Idham mengaku tidak bisa membeberkan nama-nama partai itu karena berkaitan dengan masalah etika. Namun sebelumnya hasil suara PSI dalam Pemilu 2024 mendadak melonjak drastis saat proses rekapitulasi.
Sebelumnya pada Sabtu, 2 Maret lalu, Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie menilai wajar adanya penambahan suara saat KPU melakukan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Pemilu 2024.
Karena itu, dia mengingatkan kepada semua pihak agar tidak tendensius dalam menyikapi penambahan suara untuk PSI.
"Penambahan termasuk pengurangan suara selama proses rekapitulasi adalah hal wajar. Yang tidak wajar adalah apabila ada pihak-pihak yang mencoba menggiring opini dengan mempertanyakan hal tersebut," kata Grace dalam siaran resmi PSI di Jakarta, Sabtu lalu.