Tetapi jumlah tersebut belum seberapa dibanding pengungsi yang masih bertahan di kamp-kamp penampungan, ujar Stanis Tefa, Kepala Biro Binsos Pemprov NTT, Rabu (21/11). Tetapi kegiatan repatriasi setiap hari terus berlangsung.
Kegiatan repatriasi sempat macet beberapa bulan seusai tragedi insiden Atambua 6 September 2000, yang menewaskan 3 staf UNHCR. Tapi, awal September lalu mulai berjalan normal kembali. Apalagi akhir-akhir ini pemerintah Indonesia memberi jaminan hidup Rp 750 ribu untuk setiap kepala keluarga yang pulang. Uang tersebut dimaksudkan sebagai bekal memulai hidup baru di kampung halaman.
Tefa menjelaskan, untuk repatriasi pengungsi Timtim, pemerintah pusat telah menetapkan dana Rp 32 miliar. Tapi hingga saat ini sekitar 1 milar rupiah yang telah dikucurkan ke Nusa Tenggara Timur. Dana itu sudah dibagi-bagikan ke kabupaten-kabupaten yang menampung pengungsi, seperti Belu, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, Kota Kupang dan Kabupaten Kupang.
Tefa yakin kepulangan pengungsi Timtim bakal terus meningkat. Mereka yang semula memilih tinggal di Indonesia, berubah pikiran dengan kembali ke Timtim karena kehidupan yang makin membaik di calon negara baru tersebut. Mereka memilih kembali ke kampung halaman karena tidak lagi mau menderita di kamp pengungsian. Di di Timor Lorosae, para pengungsi masih punya tanah, rumah dan ternak. Tapi, di pengungsian, mereka hanya menunggu bala bantuan pemerintah, kata Tefa.
Sementara itu, data dari UNHCR di Dili menyebutkan, hingga kini jumlah pengungsi yang telah kembali mencapai 187.000 jiwa. Ini berarti ada sekitar 100.000 jiwa yang masih bertahan di pengungsian. Mereka yang pulang adalah rakyat biasa yang tidak paham politik. Sedang pengungsi yang belum pulang diantaranya para politisi, TNI, Polri, milisi dan keluarga.
Jumlah 100.000 itu berdasar data di penghujung 1999 usai jajak pendapat (warga asli Timtim yang mengungsi ke sekitar 300 ribu jiwa). Kebanyakan mereka yang bertahan di pengungsian belum yakin keselamatan dirinya terjamin usai konflik politik yang berdarah-darah selama beberapa tahun. Calon Presiden Timor Lorosae, Xanana Gusmao, direncanakan datang ke NTT pada 26 November nanti. Xanana diharapkan bisa mencairkan kecemasan para pengungsi tersebut.
Xanana dijadwalkan bertemu dengan mantan Gubernur Timtim Abilo Osorio Soares dan tokoh Timtim lain di Kupang. Dia juga akan mengunjungi kamp-kamp pengungsi di Tuapukan, Noelbaki, yang ditempati warga asal Lospalaos, Baucau dan Viqueque. Xanana dijadwalkan datang bersama Uskup Baucau Basilio do Nascimento dan Uskup Belo. Namun banyak pengungsi yang tidak menyukai kedatangan Uskup Belo karena dinilai menyakiti hati kelompok pro-integrasi itu. (Jeffriantho)