TEMPO.CO, Jakarta - Debat Capres terakhir digelar hari Ahad, 4 Januari 2024, bertempat di Jakarta Convention Center, Senayan dengan tema Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia, dan Inklusi. Beberapa ahli turut memberikan komentar terkait pandangan mereka setelah debat kemarin.
Pengamat Politik Skala Data Indonesia Arif Nurul Imam juga memberikan tanggapan mengenai hasil debat terakhir Capres lalu. Hasilnya semua calon presiden seperti antiklimaks. Sangat berbeda dengan pertemuan mereka sebelumnya yang saling memberi koreksi bahkan penilaian. Terutama Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo yang seperti tak memiliki amunisi untuk menyerang Prabowo Subianto.
“Terutama paslon 01 dan 03 yang selama ini cenderung mengoreksi 02. Semua amunisi atau bahan koreksi boleh jadi sudah tersampaikan pada debat sebelumnya,” kata Arif kepada Tempo, Ahad, 4 Februari 2024.
Arif menyebutkan jika dirinya justru mengalisa penampilan dari calon presiden nomor urut tiga, Ganjar Pranowo yang kian agresif. Menurutnya, Ganjar sedang mengusahakan untuk mendapat undecided voters dan swing voters yang jumlahnya di kisaran 28 persen.
“Gaya menyerang demikian tentu akan menjadi perhatian kelompok pemilih demikian, karena tipe kelompok ini cenderung kritis,” ujar Arif.
Ganjar lebih sering melempar serangan kepada Prabowo dibandingkan Anies Baswedan, yang sebelumnya keduanya, Anies dan Prabowo saling serang dengan alot. Sebaliknya, antara Anies dan Prabowo malah main aman dengan setuju satu sama lain. Sindiran Ganjar juga sempat dilemparkan soal mundurnya Mahfud MD dari kursi menteri.
“Dalam politik kali ini, itu mesti diberikan contoh, demokrasinya harus berjalan baik, kemudian, contoh atau teladan pemimpin yang juga baik dan tidak ada konflik kepentingan seperti yang Pak Mahfud contohkan, dia mundur. Agar ini membangun integritas yang baik,” kata Ganjar.
Dalam debat Capres-cawapres ke-5 ini, Anies Baswedan mengungkapkan perekonomian Indonesia dikuasai oleh orang-orang tertentu saja. Padahal, menurut Anies, nilai dari para tokoh pendiri bangsa mengedepankan kemerdekaan dan keadilan sosial adalah hak semua orang.
"Kekuasaan yang dibangun untuk beri kesempatan semua. Sekarang kita jauh dari cita-cita republik ini," kata Anies.
"Persatuan tidak terjadi dalam ketimpangan. Persatuan butuh keadilan," ujar Anies.
Ahli ekonomi sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, dalam wawancaranya bersama Tempo pada Senin, 5 Februari 2024 menjelaskan ketimpangan ekonomi terjadi akibat kebijakan pemerintah. Menurutnya salah satu penyebab dari tidak meratanya ekonomi adalah penguasaan kepemilikan lahan. Disebutkan dalam konteks agraria, rasio gini lahan mencapai 0,58. Hal ini menunjukkan ada ketimpangan kepemilikan lahan yang terjadi antara petani kecil dan pengusaha.
Tak hanya soal lahan, Bhima mengatakan kepemilikan harta kekayaan juga mengalami ketimpangan berdasarkan Data Credit Suisse, 10 persen orang terkaya di Indonesia menguasai 75,3 persen total kekayaan secara nasional. Hal tersebut terjadi karena pemerintah lebih condong untuk memberikan akses kepada penguasa terutama melalui peraturan. Akses dari pemerintah menjadikan pengusaha lebih berkuasa sehingga seringkali terjadi kesewenangan.
"Contoh paling gamblang adalah tax amnesty dan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja," kata Bhima.
Bhima mengungkapkan, kebijakan tax amnesty yang memberi keleluasaan untuk orang kaya atau pengusaha yang tidak taat pajak diampuni kesalahannya. Padahal orang kaya dengan kekuasaan yang lebih seharusnya lebih ditekan untuk taat membayar pajak. Bukan malah diampuni dan bebannya dibebaskan begitu saja. Tetapi, faktanya pemerintah justru memberi insentif besar besaran.
Sementara itu, UU Cipta Kerja semakin tidak memberi regulasi yang berpihak untuk melindungi pekerja buruh. Akibatnya, daya beli pekerja yang rentan ini makin tertekan. "Sedangkan pengusaha justru diberi royalti 0 persen di bidang batu bara. Ya jelas, yang kaya makin kaya," ujar Bhima.
SAVINA RIZKY HAMIDA | BAGUS PRIBADI| RIRI RAHAYU
Pilihan Editor: Usai Debat Capres, Anies Yakin Masyarakat akan Gunakan Hati Nurani Saat Memilih