JAKARTA - Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia menghadapi masalah konektivitas sebagai tantangan utama dalam membangun infrastruktur dan menggerakkan roda perekonomian. Oleh karena itu, pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi atau BAKTI Kominfo berkomitmen untuk melakukan optimalisasi program pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan informasi.
Upaya percepatan yang dilakukan antara lain pembangunan Base Transceiver Station (BTS), jaring serat optik Palapa Ring dan pengoperasian Satelit Republik Indonesia atau SATRIA-1. Satelit ini akan menjadi tonggak sejarah dalam menjembatani kesenjangan digital antara daerah yang terhubung dan yang masih terisolasi. Optimalisasi satelit ini akan memastikan akses internet yang merata mempercepat transformasi digital dan membuka peluang ekonomi baru di wilayah terdepan, terluar, tertinggal (3T).
Satelit yang akan beroperasi penuh pada akhir Desember 2023 ini diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat melalui Roket Falcon 9, pada 19 Juni 2023 Waktu Indonesia Barat (WIB). SATRIA-1 telah berhasil memasuki orbit geostasioner dan menempati orbit 146 derajat Bujur Timur yang mana titik ini berada tepat di atas Pulau Papua.
Nantinya, SATRIA-1 dapat mendukung kegiatan sekolah dan pesantren, pelayanan publik di kantor pemerintahan daerah, puskesmas dan rumah sakit daerah serta pengawasan wilayah oleh TNI dan POLRI. Dengan adanya SATRIA-1 maka dapat menjangkau titik yang masih nirkoneksi khususnya di daerah pedalaman dan perbatasan.
Satelit SATRIA-1 juga akan terhubung dengan Remote Terminal Ground Segment (RTGS) di lokasi layanan publik untuk memperkuat jaringan internet dan layanan digital di 37 ribu titik di seluruh Indonesia. SATRIA-1 memiliki total kapasitas transmisi 150 Gbps dengan layanan internet di 37 ribu titik fasilitas publik. Ini merupakan sebuah prestasi karena satelit ini merupakan yang terbesar di Asia dan nomor lima di dunia. (*)