TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) sekaligus Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, Mahfud Md membahas terkait upacara penganugerahan gelar Pahlawan Nasional pada 10 November 2023. Keputusan Presiden nomor 115-TK-tahun 2023 tertanggal 6 November 2023.
Upacara tersebut dipimpin oleh Jokowi. Pada upacara tersebut, Ratu Kalinyamat menjadi satu-satunya perempuan penerima gelar Pahlawan Nasional pada 2023.
Ratu Kalinyamat yang bernama lahir Retna Kencana merupakan penguasa Jepara pada masa masuknya Islam ke Pulau Jawa. Semula nama aslinya adalah Retna Kencana, tetapi berubah setelah dilantik menjadi Penguasa Jepara dengan gelar Ratu Kalinyamat. Ia dikenal sebagai sosok pemberani dan heroik lantaran beberapa kali terlibat dalam peperangan melawan Portugis.
Sejak masih gadis, ia telah mendapatkan kepercayaan menduduki jabatan sebagai Adipati Jepara. Saat itu, ia memiliki wilayah kekuasaan meliputi Jepara, Pati, Kudus, Rembang, dan Blora.
Ratu Kalinyamat adalah putri Pangeran Trenggana dan cucu Raden Patah, Sultan Demak pertama. Ia menjadi tokoh utama dalam menyelesaikan konflik di lingkungan keluarga Kesultanan Demak. Akibatnya, namanya menjadi termasyhur kala itu. Dengan gelar ratu, ia menjadi sosok yang memiliki kedudukan cukup tinggi di Jepara. Sebab, gelar tersebut hanya digunakan oleh orang-orang tertentu.
Selama masa pemerintahan Ratu Kalinyamat, Jepara mengalami perkembangan pesat. Menurut sumber Portugis yang ditulis Meilink-Roelofsz dikutip dari core.ac.uk, Jepara menjadi kota pelabuhan terbesar di Pantai Utara Jawa dan memiliki armada laut yang kuat pada abad ke-16.
Ratu Kalinyamat menjadi ratu perempuan yang bertempat tinggal di salah satu daerah di Jepara, Kalinyamat. Pada abad ke-16, Kalinyamat menjadi tempat kedudukan raja-raja di Jepara. Tempat ini adalah nama daerah yang juga digunakan sebagai nama penguasanya.
Masih pada abad ke-16 sekitar 1550, Ratu Kalinyamat membantu Sultan Johor melawan tentara Portugis. Ia mengirim 40 kapal perang dan 4.000 pasukan ke Selat Malaka. Sebab, tujuan dari pertempuran tersebut adalah membebaskan perairan Malaka dari dominasi Portugis. Selain itu, ia juga membantu masyarakat Hitu di Ambon untuk melawan Portugis pada 1565. Ia pun mengirim 300 kapal dengan 15.000 pasukan untuk membantu Sultan Aceh berperang melawan penjajah Portugis di Malaka.
Selama menjadi penguasa Jepara, Ratu Kalinyamat tidak pernah menetap di Kalinyamat. Ia bertempat tinggal di salah satu istana di kota pelabuhan Jepara. Lalu, pada awal abad ke-17, di kota pelabuhan tersebut, ada istana raja yang diduga sebagai tempat Ratu Kalinyamat. Sementara itu, daerah Kalinyamat hanya dijadikan sebagai tempat peristirahatan sang ratu.
Pada kehidupan pribadinya, Ratu Kalinyamat menikah dengan Pangeran Hadiri yang merupakan putra Sultan Ibrahim dari Aceh. Setelah menikah dengan Ratu Kalinyamat, ia diberi gelar Pangeran Hadiri yang berarti yang hadir (dari Aceh ke Jepara). Namun, pernikahan keduanya tidak berlangsung lama. Pada 1549, sang suami meninggalkan Ratu Kalinyamat untuk selama-lamanya.
Di sisi lain, waktu meninggalnya Ratu Kalinyamat tidak dituliskan secara jelas dan pasti dalam kitab kesusastraan Jawa. Ia dimakamkan di dekat suaminya di pemakaman Mantingan, Jepara. Pengganti Ratu Kalinyamat adalah Pangeran Jepara yang berkuasa pada 1579-1599. Namun, saat masa kepemimpinan Pangeran Jepara, kota ini mengalami penurunan dan jauh dari masa kejayaan Ratu Kalinyamat.
RACHEL FARAHDBA R | DEVY ERNIS
Pilihan Editor: Ratu Kalinyamat Ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional, Siswa SMP di Jepara Gelar Doa Bersama