TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden Ganjar Pranowo menyindir pihak yang ingin memecah belah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Meski tidak secara gamblang menyebut nama pihak tersebut.
"Kita mesti meneguhkan, sebagai partai kita mestu bersatu dan kuat. Nggak bisa dipecah oleh siapapun," kata Ganjar saat nonton langsung Final Liga Kampung Soekarno Cup di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jumat 3 November 2023.
Ganjar pun melanjutkan, bagi siapapun yang akan memecah belah PDIP, maka harus berhadapan dengan banteng yang merupakan lambang partai itu.
"Barang siapa memecah partai ini, anda berlawanan dengan banteng. Banteng itu tidak pernah cengeng. Dia akan keras," kata Ganjar.
Hasto sebut Jokowi telah meninggalkan PDIP
PDIP tengah menghadapi masalah internal belakangan ini setelah kader mereka yang juga menjabat sebagai Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, menjadi calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto. Keputusan putra sulung Presiden Jokowi itu menerima pinangan Prabowo bertolak belakang dengan keputusan PDIP yang telah mengusung pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud Md.
Hal itu dinilai membuat hubungan PDIP dan Jokowi saat ini memanas. Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, mengatakan partainya sedang sedih dan luka hati yang perih karena Jokowi dinilai telah meninggalkan partai mereka. Menurut Hasto, PDIP selama ini telah mencintai dan memberikan keistimewaan kepada Jokowi.
Menurut Hasto, Jokowi meninggalkan PDIP karena adanya permintaan yang berpotensi melanggar pranata kebaikan dan konstitusi. Hasto tidak menjelaskan permintaan apa yang dimaksud, akan tetapi Adian Napitupulu, rekan separtai Hasto, menyatakan Jokowi pernah meminta perpanjangan masa jabatannya menjadi tiga periode dan ditolak oleh PDIP.
“Pada awalnya kami hanya berdoa agar hal tersebut (Gibran menjadi cawapres pendamping Praboto) tidak terjadi, namun ternyata itu benar-benar terjadi,” kata Hasto.
Menurutnya, seluruh simpatisan, anggota, dan kader PDIP belum selesai rasa lelah setelah mendukung Jokowi dari pemilihan kepala daerah dan pemilihan presiden selama dua periode. Dukungan itu, kata Hasto, wujud rasa sayang PDIP.
“Pada awalnya kami memilih diam. Namun apa yang disampaikan Butet Kartaredjasa, Goenawan Muhammad, Eep Syaifullah, Hamid Awaludin, Airlangga Pribadi, para ahli hukum tata negara, tokoh prodemokrasi, dan gerakan civil society, akhirnya kami berani mengungkapkan perasaan kami,” kata dia.
Selanjutnya, sebut pencalonan Gibran sebagai pembangkangan