INFO NASIONAL – Akses air bersih merupakan masalah klasik di Jakarta. Hingga Agustus 2023, cakupan air perpipaan Perumda PAM Jaya baru mencapai 65,85 persen. artinya baru sekitar 65 persen warga yang sudah mendapatkan pasokan air bersih, sedangkan 35 persen lainnya masih bergelut dengan air keruh dan berbau.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menargetkan cakupan air bersih melalui perpipaan mencapai 100 persen pada 2030. Dengan sisa waktu tujuh tahun, Pemprov DKI menggenjot PAM Jaya membangun sistem perpipaan yang dapat menjangkau seluruh wilayah Jakarta.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta, Ika Agustin Ningrum menyatakan ada tiga strategi yang dijalankan dalam menyediakan air bersih di Jakarta.
Pertama yakni Peningkatan Cakupan Pelayanan. Perpipaan oleh PAM Jaya termasuk dalam strategi tersebut. Dua langkah lainnya adalah Program Pengembangan SPAM (Sistem Pengolahan Air Minum) dan Program Alternatif.
Program Alternatif mencakup ketahanan air baku dan efisiensi pemakaian air. Untuk mencapai ketahanan air baku dicapai dengan cara memanfaatkan potensi sumber air dari sungai, embung, waduk dan danau. Juga termasuk pemanfaatan air hujan, air limbah, serta air laut.
“Sedangkan Program Pengembangan SPAM terus dijalankan dengan empat cara, yakni meningkatkan produksi SPAM eksisting, menambah SPAM Internal, menambah suplai SPAM Regional, dan penurunan NRW (Non-Revenue Water),” kata Ika.
SPAM eksisting antara lain Instalasi Pengolahan Air (IPA) Cilandak, IPA Buaran 1 & 2, serta IPA di Kepulauan Seribu. Kemudian penambahan SPAM Internal antara lain dengan membangun IPA Ciliwung, IPA Pesanggrahan, dan IPA Buaran 3.
Khusus IPA Pesanggrahan, peresmian pembangunannya baru saja berlangsung Jumat, 3 November 2023 ini, seturut dilaksanakannya Kick Off Project IPA Pesanggrahan oleh Penjabat (Pj) Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Heru Budi Hartono.
Menurut Heru, pembangunan IPA Pesanggrahan seluas 2,1 hektare dengan anggaran pembangunan sebesar Rp 200 miliar ditargetkan rampung tahun 2025. Pembangunan IPA ini merupakan bagian dari upaya Pemprov DKI Jakarta mewujudkan 100 persen cakupan pelayanan air perpipaan pada tahun 2030.
“Titip wilayah ini untuk bisa dikembangkan melayani air bersih kepada masyarakat. PAM Jaya punya tugas penting meningkatkan layanan air minum layak di Jakarta,” ujar Heru dikutip dari laman Berita Jakarta.
Menanti Manfaat SPAM Jatiluhur 1
SPAM Jatiluhur 1 merupakan bagian dari upaya Dinas SDA Provinsi DKI Jakarta dalam menambah suplai SPAM Regional. Pembangunan SPAM ini termasuk Proyek Strategis Nasional dengan payung hukum Peraturan Presiden nomor 109 tahun 2020.
Adapun proses pembangunannya saat ini masih dalam tahap persiapan konstruksi, setelah pada 4 Juli lalu dilakukan penandatanganan kontrak Pembangunan Jaringan Perpipaan Transmisi dan Distribusi sistem DC (Distribution Center) Pondok Kopi Sistem Hilir Tahap 1 SPAM Regional Jatiluhur I Provinsi DKI Jakarta.
Ika memastikan sejumlah manfaat yang dapat diraih ketika SPAM Jatiluhur 1 mulai beroperasi. “Bisa menambah sumber air baku sebesar 6.200 liter per detik, meningkatkan kapasitas produksi PAM JAYA melalu SPAM Jatiluhur I sebesar 4.000 liter per detik, meluaskan area jangkauan jaringan perpipaan PAM Jaya, dan mengurangi pemakaian air tanah sebagai sumber air baku.”
SPAM Regional Jatiluhur I terdiri dari sistem hulu dan sistem hilir. Sistem hulu dilaksanakan melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dengan lingkup kegiatannya meliputi pembangunan intake, pipa transmisi, instalasi pengolahan air (IPA), dan jaringan distribusi utama hingga titik serah (offtake). SPAM ini memiliki dua Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang berlokasi di Cibeet dan Bekasi Jawa Barat.
Mengutip pernyataan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), progres pekerjaan per 20 Agustus 2023 telah mencapai 47,47 persen dan ditargetkan selesai pada Oktober 2024.
“SPAM Regional Jatiluhur I nantinya akan mampu mendistribusikan kepada sekitar 380.000 sambungan rumah atau sekitar 1,9 juta jiwa yang ada di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat, khususnya Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Karawang,” ujar Direktur Air Minum Ditjen Cipta Karya, Anang Muchlis. (*)