Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jokowi Waswas Soal Ketahanan Pangan, Begini Cara Soeharto Wacanakan Swasembada Pangan Era Orde Baru

image-gnews
Ilustrasi musim panen. TEMPO/Tony Hartawan
Ilustrasi musim panen. TEMPO/Tony Hartawan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kebijakan sejumlah negara mengerem ekspor bahan pangan membuat Presiden Joko Widodo atau Jokowi waswas. Sebab, akibat kebijakan tersebut, harga bahan pangan dalam negeri melonjak akhir-akhir ini. Kekhawatiran itu Jokowi sampaikan dalam pembukaan Rakernas PDIP di Kemayoran, Jakarta Pusat.

“Ngeri sekali kalau melihat cerita semua negara sekarang mengerem, semuanya tidak ekspor pangannya. Gandum sudah, beras sudah, gula sudah, semuanya ngerem, semuanya,” kata Jokowi pada Jumat, 29 September 2023.

Jokowi mengatakan, lima sampai sepuluh tahun ke depan Indonesia membutuhkan visi taktis dan rencana rinci untuk menghadapi masalah ketahanan pangan. Untuk itu, Presiden menyebut akan ada penambahan 61 waduk pada tahun depan. Ia juga menyatakan perlunya kerja keras untuk menyelesaikan infrastruktur yang berkaitan dengan pangan.

“Masalah pangan ini tidak mudah diselesaikan karena ada ancaman nyata seperti perubahan iklim dan geopolitik,” kata Jokowi.

Masalah pangan merupakan problem klasik negara ini. Saat Indonesia baru merdeka, yang menjadi prioritas Presiden Sukarno juga masalah pangan. Demi swasembada pangan, pemerintah kala mencanangkan program Kasimo Plan atau Rencana Kasimo serta memberlakukan Undang-undang Pokok Agraria.

Bagaimanakah program pemerintah era Soeharto dalam menanggulangi masalah pangan?

Melansir jurnal Universitas Islam Sultan Agung atau Unissula, Semarang, demi swasembada pangan pemerintah Orde Baru memprioritaskan pembangunan di sektor pertanian sebagai kerja kabinet. Program itu dijuluki Pembangunan Lima Tahun atau Pelita dan berjalan dua periode antara 1969 hingga 1979. Saat itu, kebijakan pembangunan lebih banyak dikonsentrasikan untuk memperkuat basis sektor pertanian.

Soeharto memiliki ambisi yang kuat untuk mempercepat swasembada beras yang belum pernah dicapai sejak masa kemerdekaan. Salah satunya adalah dengan cara mengadopsi program revolusi hijau sejak 1974. Akan tetapi, program yang berbiaya mahal tersebut ternyata hanya menghasilkan swasembada beras pada 1984, 1985, dan 1986 berdasarkan laporan statistik pertanian dari BPS.

Selain beras, pemerintah juga berusaha untuk menutupi kekurangan pasokan dalam negeri dengan mengimpor gandum. Bila semula diberikan kewenangan kepada Bulog, maka kewenangan untuk mengimpor gandum ini kemudian diserahkan ke Bogasari alias pihak swasta. Awalnya, pemerintah mencoba untuk membudidayakan gandum. Tetapi upaya ini sulit terwujud, karena gandum memang tak cocok untuk jenis tanah pertanian di Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam rangka mendukung program pertanian pangan, pemerintah di era Orde Baru juga membuat cukup banyak pembangunan infrastruktur pendukung. Misalnya seperti pembangunan irigasi, pendirian pabrik pembuatan pupuk urea, dan pembangunan pusat-pusat penelitian tanaman pangan. Akan tetapi, keseluruhan sarana dan prasarana pendukungnya masih difokuskan pada jenis tanaman beras.

Saat itu padi disosialisasikan di seluruh wilayah yang dianggap cocok untuk ditanami jenis tanaman ini seperti di Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Ternate, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, bahkan sampai ke Papua. Program transmigrasi pun digerakkan seluas-luasnya untuk mendukung perluasan lahan tanaman padi di luar Pulau Jawa. Tujuannya tidak lain untuk mendorong peningkatan produksi beras di dalam negeri.

Akan tetapi, upaya membangun kemandirian di sektor pertanian justru berakhir menjadi drama pergantian kekuasaan. Nyaris sama situasinya menjelang 1965 di mana harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi. Pada 1994, pemerintah mengambil kebijakan yang cukup kontroversial, yaitu menghapuskan subsidi pupuk dan bibit. Kebijakan ini terpaksa kudu diambil, lantaran semakin beratnya beban anggaran yang ditanggung APBN.

Petani pun mengalami kesulitan bercocok tanam karena biaya untuk menanam padi melonjak. Penjaminan melalui Koperasi tak lagi memberikan harapan bagi petani untuk mendongkrak tingkat kesejahteraan, terutama di kalangan petani kecil. Akibatnya, kran impor beras pun dibuka secara jorjoran untuk mengamankan pasokan beras di dalam negeri. Nilai tukar Rupiah yang semakin anjlok sejak 1990 mengakibatkan tingkat volatilitas harga beras dan sejumlah kebutuhan pokok menjadi kian merangkak.

Harga-harga kebutuhan pun terus melonjak naik dan tidak terkendali. Angka inflasi selama 1998 sudah mencapai di atas angka 70 persen. Gejolak harga pangan sejak 1985 tersebut mulai mencapai puncaknya pada pertengahan 1997. Stabilisasi harga harus ditebus cukup mahal dengan meminimalkan peran pemerintah, termasuk menanggalkan peran Bulog. Penandatanganan Letter of Intent (LoI) pada 21 Oktober 1997 membuat Bulog kehilangan kewenangan memonopoli urusan beras .

Pasca kejatuhan Soeharto, pada 1998 menjadi penanda babak baru kebijakan di sektor pertanian. Liberalisasi di sektor pertanian sudah mulai resmi diterapkan sejak 1998. Harga-harga kebutuhan pokok pangan pun diserahkan kepada mekanisme pasar. Pemerintah hanya berperan sebagai regulator atau mengatur tata kelolanya, tetapi tak berwenang lagi untuk mempengaruhi secara langsung atas harga-harga kebutuhan pokok.

HENDRIK KHOIRUL MUHID  | DANIEL A. FAJRI

Pilihan Editor: Jokowi Khawatir Soal Ketahanan Pangan Ini Wacana Swasembada Pangan Orde Lama Lewat Rencana Kasimo

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Terpopuler Bisnis: Alasan Cak Imin Tak Akan Lanjutkan Proyek Food Estate Jokowi, Prihatin Petani Sulit Dapat Pupuk Bersubsidi

57 menit lalu

Presiden Joko Widodo meninjau ladang jagung yang ada di kawasan food estate, Desa Wambes, Kecamatan Mannem, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua, Kamis, 6 Juli 2023. Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden
Terpopuler Bisnis: Alasan Cak Imin Tak Akan Lanjutkan Proyek Food Estate Jokowi, Prihatin Petani Sulit Dapat Pupuk Bersubsidi

Berita terpopuler ekonomi bisnis sepanjang Rabu, 6 Desember 2023 antara lain alasan cawapres Cak Imin tak akan lanjutkan program food estate Jokowi.


Jadi Komisaris Utama Semen Indonesia, Segini Harta Kekayaan Budi Waseso

1 jam lalu

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso melakukan pengecekan pembongkaran kapal impor beras di Pelabuhan Tanjung Priok, Kamis, 12 Oktober 2023. TEMPO/Ami Heppy
Jadi Komisaris Utama Semen Indonesia, Segini Harta Kekayaan Budi Waseso

Budi Waseso ditunjuk menjadi Komisaris Utama atau Komut PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.


Gubernur Jakarta Ditunjuk Presiden dalam RUU DKJ, PKS DKI: Mau Jadi Diktator?

5 jam lalu

Ilustrasi TPS Pilkada. Dok TEMPO
Gubernur Jakarta Ditunjuk Presiden dalam RUU DKJ, PKS DKI: Mau Jadi Diktator?

PKS DKI khawatir penunjukan gubernur Jakarta oleh presiden dapat mengembalikan kondisi negara ke era Orde Baru.


Harga Beras Naik Menjelang Akhir Tahun 2023, Bulog Surakarta Pastikan Pasokan Aman

9 jam lalu

Buruh memasukkan beras ke dalam karung di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Rabu 20 September 2023. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan meminta Perum Bulog dapat mempercepat penyaluran beras untuk menjaga stabilitas harga pangan di daerah. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Harga Beras Naik Menjelang Akhir Tahun 2023, Bulog Surakarta Pastikan Pasokan Aman

Sejumlah program tetap dilaksanakan pemerintah melalui Perum Bulog untuk intervensi guna menahan kenaikan harga beras.


Harga Pakan Ternak Terus Naik, Bulog Salurkan 1.253 Ton Jagung Murah ke Peternak

10 jam lalu

Pekerja mengemas jagung yang akan didistribusikan ke peternak di Gudang Bulog, Surabaya, Jawa Timur, Kamis 24 Jnauari 2019. Jagung tersebut merupakan jagung impor gelombang kedua dari Brazil, sebanyak 26 ribu ton yang merupakan bagian dari total 100 ribu ton jagung impor dan selanjutnya didistribusikan ke sejumlah peternak di wilayah Jawa dan sekitarnya. ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Harga Pakan Ternak Terus Naik, Bulog Salurkan 1.253 Ton Jagung Murah ke Peternak

Perum Bulog Cabang Surakarta akan memulai pendistribusian komoditas jagung berharga murah yang diperuntukan bagi kalangan peternak di wilayah Solo Raya.


Ade Armando Tunggu Pemanggilan dari Polda DIY

10 jam lalu

Elemen warga di Yogyakarta menggelar aksi damai sekaligus melaporkan pegiat sosial Ade Armando ke Polda DIY atas dugaan ujaran kebencian pasca menyebut Yogyakarta sebagai politik dinasti Rabu, 6 Desember 2023. Tempo/Pribadi Wicaksono
Ade Armando Tunggu Pemanggilan dari Polda DIY

Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Ade Armando merespon dirinya yang dilaporkan ke Polda DIY. Ia menanggapinya dengan santai soal pelaporan itu.


Presiden Jokowi Salurkan Bantuan Pangan di Tiga Lokasi NTT

10 jam lalu

Presiden Jokowi Salurkan Bantuan Pangan di Tiga Lokasi NTT

Presiden Joko Widodo dalam kunjungan kerjanya ke Provinsi Nusa Tenggara Timur mengecek langsung stok Cadangan Beras Pemerintah.


RUU DKJ, DPRD DKI Minta Diusut Siapa yang Usulkan Gubernur Jakarta Diangkat Presiden

10 jam lalu

Wakil Ketua DPRD DKI Rani Mauliani mengatakan legislator di Kebon Sirih tidak mengetahui draf Rancangan Undang-Undang tentang Daerah Khusus Jakarta (RUU DKJ) yang dibahas di DPR RI. Jakarta, Rabu, 6 Desember 2023. Foto: TEMPO/Aisyah Amira Wakang.
RUU DKJ, DPRD DKI Minta Diusut Siapa yang Usulkan Gubernur Jakarta Diangkat Presiden

Pimpinan DPRD DKI Rani Mauliani meminta DPR RI mengusut siapa yang mengusulkan gubernur Jakarta diangkat oleh presiden dalam RUU DKJ


Wamenlu Bantah Insiden Walk Out Saat Jokowi Pidato di COP28

10 jam lalu

Presiden Joko Widodo berbicara  di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim PBB COP28, Jumat, 1 Desember 2023. (Istimewa)
Wamenlu Bantah Insiden Walk Out Saat Jokowi Pidato di COP28

Wamenlu menyatakan tak ada perwakilan dari NGO saat Presiden Jokowi berpidato di COP28 pekan lalu.


Anies - Cak Imin Tak Mau Hentikan Program Hilirisasi Jokowi, Tom Lembong: Biar Pasar yang Evaluasi

11 jam lalu

Thomas Trikasih Lembong. ANTARA
Anies - Cak Imin Tak Mau Hentikan Program Hilirisasi Jokowi, Tom Lembong: Biar Pasar yang Evaluasi

Tom Lembong buka suara soal kelanjutan program hilirisasi nikel jika Anies Baswedan dan Cak Imin terpilih dalam Pilpres 2024.