Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

60 Tahun Wiji Thukul, Aktivis dan Penyair yang Tak Tentu Rimbanya

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

image-gnews
Aktivis reformasi yang juga Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Indonesia Usman Hamid membawakan lagu saat menghadiri peringatan 60 tahun penyair Wiji Thukul di Galeri Nasional, Jakarta, Sabtu, 26 Agustus 2023. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Aktivis reformasi yang juga Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Indonesia Usman Hamid membawakan lagu saat menghadiri peringatan 60 tahun penyair Wiji Thukul di Galeri Nasional, Jakarta, Sabtu, 26 Agustus 2023. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sudah menjadi rahasia umum jika ada banyak aktivis di masa Orde Baru yang keberadaannya tidak diketahui, dan diduga memang sengaja dilenyapkan, salah satunya adalah Wiji Thukul.

Wiji Thukul adalah seorang aktivis sekaligus penyair yang cukup keras dalam menentang rezim Orde Baru.

Dilansir dari laman resmi Ensiklopedia Kemdikbud, Wiji Thukul memiliki nama lahir Widji Widodo yang lahir pada 26 Agustus 1963 di Kampung Sorogenen, Solo. Tahun ini berarti genap 60 tahun.

Wiji adalah anak tertua dari tiga bersaudara yang berasal dari keluarga tukang becak. Ia pernah bersekolah di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Jurusan Tari, namun harus di-dropout pada tahun 1982. Setelahnya, Widji memutuskan untuk berjualan Koran hingga bekerja di sebuah perusahaan mebel antik sebagai tukang pelitur.

Wiji Thukul mulai menulis puisi ketika masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) dan mulai tertarik pada dunia teater ketika di sekolah menengah pertama (SMP). Melalui teman sekolahnya, ia ikut sebuah kelompok teater, yaitu Teater Jagalan Tengah (Jagat).

Tahun 1988 Wiji Thukul  menjadi wartawan Masa Kini selama tiga bulan, dan disana puisi-puisinya diterbitkan dalam media cetak, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Selain menulis sajak, Wiji Thukul juga menulis cerpen, esai, dan resensi puisi. Melalui karya-karyanya ini, pada 1991 ia menerima Wertheim Encourage Award yang diberikan oleh Wertheim Stichting di Negeri Belanda.

Wiji Thukul menujukkan perlawanannya melalui puisi-puisi yang dibuatnya. Dia telah berhasil menemukan api bagi sebuah simbol perlawanan melalui kalimat-kalimat yang menjadi semacam roh bagi kebangkitan jiwa-jiwa yang mencoba menemukan kembali jati dirinya, yaitu sebuah kekuatan melawan rezim otoritarianisme.

Dua Puisi Wiji Thukul

1.       Peringatan

Puisi ini merupakan tonggak lahirnya perlawanan pada masa rezim otoritarianisme. Puisi tersebut berbunyi sebagai berikut;

Jika rakyat pergi

Ketika penguasa bicara

Kita harus hati-hati untuk mereka asa

Kalau rakyat mendengar dan berbisik 

ketika membicarakan masalah itu sendiri

harus waspada dan mendengar

Bila rakyat berani menunjukkan

Itu artinya sudah gawat

Dan bila omongan penguasa

Tidak boleh dibantah

kebenaran pasti terancam

Jika usul ditolak tanpa pertimbangan

Suara dibungkam kritik dilarang tanpa

alasan Dituduh subversif dan mengganggu keamanan

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Maka hanya ada satu kata: lawan!

2.        Istirahatlah Kata-kata

Puisi Istirahatlah Kata-kata ini dimaknai sebagai simbol kritik terhadap suatu rezim yang terwujud dalam gerakan demonstrasi. Adapun puisi ini berbunyi:

Istirahatlah kata-kata

jangan menyembur-nyembur

orang-orang bisu

kembalilah ke dalam rahim

segala tangis dan kebusukan

dalam sunyi yang meringis

tempat orang-orang mengingkari

menahan ucapannya sendiri

tidurlah, kata-kata

kita bangkit nanti

menghimpun tuntutan-tuntutan

yang miskin papa dan dihancurkan

nanti kita akan mengucapka

bersama tindakan

bikin perhitungan

tak bisa lagi ditahan-tahan

Solo Sorogenen, 12 Agustus 1988

FANI RAMADHANI | FATHUR RACHMAN
Pilihan editor: Adik Wiji Thukul Sebut Sipon Bukan Sekadar Istri Aktivis

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Butet Kartaredjasa Tegaskan Polisi Harusnya Panggil Dia atau Agus Noor soal Intimidasi Pentas Teater, Bukan Staf

1 hari lalu

Butet Kartaredjasa  dalam pertunjukan seni teater
Butet Kartaredjasa Tegaskan Polisi Harusnya Panggil Dia atau Agus Noor soal Intimidasi Pentas Teater, Bukan Staf

Menurut Butet Kartaredjasa, sebagian pendukung pentas yang merupakan anak muda khawatir dengan pembatasan itu sehingga dianggap seperti Orde Baru.


Kaesang Mengaku Tak Paham Orde Baru, Ini Pasang Surut Kondisi Ekonomi pada Zaman Soeharto

1 hari lalu

Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep saat menggelar Kick of Pemenangan Pemilu 2024 di DPP PSI Pusat, Jakarta, Jumat, 24 November 2023. Jelang masa kampanye Kaesang memberi arahan kepada caleg PSI menggunakan cara dor to dor hingga pemasangan baliho, dia juga menargetkan partainya lolos parliamentary threshold sebesar 4 persen suara nasional untuk bisa masuk DPR RI. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Kaesang Mengaku Tak Paham Orde Baru, Ini Pasang Surut Kondisi Ekonomi pada Zaman Soeharto

Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep tengah viral dibicarakan di media sosial X karena mengaku tak tahu-menahu soal Orde Baru.


Gubernur Jakarta Ditunjuk Presiden dalam RUU DKJ, PKS DKI: Mau Jadi Diktator?

1 hari lalu

Ilustrasi TPS Pilkada. Dok TEMPO
Gubernur Jakarta Ditunjuk Presiden dalam RUU DKJ, PKS DKI: Mau Jadi Diktator?

PKS DKI khawatir penunjukan gubernur Jakarta oleh presiden dapat mengembalikan kondisi negara ke era Orde Baru.


Dugaan Intimidasi terhadap Butet dan Agus Noor Dinilai Mirip Orde Baru, Amnesty: Kegiatan Seni Sering Disensor

2 hari lalu

Agus Noor, penulis dan Direktur Artistik Calon Lawan dalam konferensi pada Jumat, 19 Oktober 2023. Foto: TEMPO/Gabriella Keziafanya Binowo.
Dugaan Intimidasi terhadap Butet dan Agus Noor Dinilai Mirip Orde Baru, Amnesty: Kegiatan Seni Sering Disensor

Amnesty International Indonesia menyebut fenomena intimidasi seperti yang terjadi pada Agus Noor dan Butet Kartaredjasa mirip dengan Orde Baru.


Mabes Polri soal Intimidasi terhadap Butet Kartaredjasa ihwal Pertunjukan Satire: Silakan Dilaporkan

3 hari lalu

Kadiv Humas Polri Irjen. Pol. Shandi Nugroho memimpin apel gelar pasukan kesiapan Satgas Humas Ops Mantap Brata 2023. Operasi tersebut digelar dalam rangka pengamanan Pemilu 2024, pada 16 Oktober 2023. Foto: Istimewa
Mabes Polri soal Intimidasi terhadap Butet Kartaredjasa ihwal Pertunjukan Satire: Silakan Dilaporkan

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Shandi Nugroho menyatakan Butet Kartaredjasa yang merasa dirugikan dalam kaitan intimidasi bisa membuat laporan


Dilarang Bikin Satire Politik dalam Pentas Seni, Butet Kartaredjasa: Selamat Datang Orde Baru

3 hari lalu

Butet Kartaredjasa  dalam pertunjukan seni teater
Dilarang Bikin Satire Politik dalam Pentas Seni, Butet Kartaredjasa: Selamat Datang Orde Baru

Seniman Butet Kartaredjasa menyatakan adanya tekanan berupa permintaan menandatangani surat berisi larangan tidak membuat sindiran bernada politik.


Polisi Diduga Intimidasi Pentas Teater Butet Kartaredjasa dan Agus Noor di Taman Ismail Marzuki

3 hari lalu

Butet Kartaredjasa  dalam pertunjukan seni teater
Polisi Diduga Intimidasi Pentas Teater Butet Kartaredjasa dan Agus Noor di Taman Ismail Marzuki

Seniman Butet Kartaredjasa menandatangani surat pernyataan dari polisi. "Bagi kami itu intimidasi," kata Agus Noor.


Megawati Sebut Pemerintah Kini Mirip Orde Baru, Ini Tanggapan Sejumlah Pihak

8 hari lalu

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, memberikan sambutan di Rakornas Organ Relawan Ganjar-Mahfud di Jiexpo, Kemayoran, Jakarta, Senin, 27 November 2023. Foto: TPN Ganjar-Mahfud
Megawati Sebut Pemerintah Kini Mirip Orde Baru, Ini Tanggapan Sejumlah Pihak

Sejumlah pihak menanggapi pernyataan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri soal pemerintahan saat ini mirip rezim Orde Baru.


Megawati Sebut Pemerintah Kini Mirip Orde Baru, Apa Tanggapan Kaesang?

8 hari lalu

Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep saat menggelar Kick of Pemenangan Pemilu 2024 di DPP PSI Pusat, Jakarta, Jumat, 24 November 2023. Jelang masa kampanye Kaesang memberi arahan kepada caleg PSI menggunakan cara dor to dor hingga pemasangan baliho, dia juga menargetkan partainya lolos parliamentary threshold sebesar 4 persen suara nasional untuk bisa masuk DPR RI. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Megawati Sebut Pemerintah Kini Mirip Orde Baru, Apa Tanggapan Kaesang?

Kaesang mengaku tak tahu menahu soal definisi Orde Baru. Sebab, dirinya tidak mengalami masa-masa pemerintah Orde Baru.


Tanggapi Megawati soal Orde Baru, Ketum Golkar Airlangga Bilang Sekarang Orde Reformasi

9 hari lalu

Menkoperek Airlangga Hartarto Airlangga Hartarto menunjukan kepada Presiden Joko Widodo anggaran belanja kementerian yang telah masuk secara digital saat Penyerahan secara Digital Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Buku Daftar Alokasi Transfer ke Daerah (TKD) Tahun Anggaran 2024 di Istana Negara, Jakarta, Rabu 29 November 2024.  Presiden Joko Widodo menyiapkan Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp3.325,1 triliun pada 2024. Dana tersebut akan ditujukan untuk beberapa hal yang menjadi fokus. Dana tersebut terdiri dari belanja pemerintah pusat Rp2.467,5 triliun dan transfer ke daerah Rp857,6 triliun. Pemerintah juga akan menuntaskan proyek infrastruktur prioritas, percepatan transformasi ekonomi hijau dan dukung reformasi birokrasi serta aparatur sipil negara (ASN). TEMPO/Subekti.
Tanggapi Megawati soal Orde Baru, Ketum Golkar Airlangga Bilang Sekarang Orde Reformasi

Megawati mengatakan tidak boleh ada pihak yang berusaha menekan rakyat di tengah situasi politik Pemilu 2024.