TEMPO.CO, Jakarta - Pondok Pesantren Al Zaytun hingga kini terus menjadi perbincangan publik usai mencuatnya kasus dugaan penistaan agama di lembaga pendidikan Islami tersebut. Yayasan pendidikan yang berlokasi di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tersebut tetap eksis meski tak jarang tersandung kontroversi sejak beberapa tahun lalu.
Salah satu mantan pendiri pondok pesantren itu, Imam Supriyanto, menilai tak tersentuhnya pondok pesantren pimpinan Panji Gumilang tersebut hingga kini karena adanya tokoh besar yang melindungi. Hal ini diungkapkan Imam saat menjadi bintang tamu dalam sebuah acara yang ditayangkan di stasiun televisi nasional. Meski begitu, Imam tidak secara eksplisit menyebut nama tokoh yang dia maksud.
Tiga jenderal sempat disebut memiliki hubungan dengan pondok pesantren tersebut. Mereka adalah AM Hendropriyono, Wiranto, dan Moeldoko. Berikut dugaan hubungan mereka dan bantahannya yang berhasil Tempo himpun:
1. AM Hendropriyono
Imam Supriyanto mengungkapkan secara samar jika salah satu tokoh besar yang melindungi Ponpes Al Zaytun adalah seseorang dengan sebutan Pak Kumis. Meski tidak disebutkan secara eksplisit, tetapi dia mengatakan jika “Pak Kumis” ini adalah “embahnya’ intelijen di Indonesia. Belakangan, terungkap jika sosok Pak Kumis yang dimaksud Imam tersebut adalah mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropriyono.
Menurut Imam, saat Forum Ulama Umat Indonesia atau FUUI menginvestigasi Al Zaytun pada 2000-an, ada seorang pejabat tinggi yang mengatakan akan menggebuk pengganggu Al Zaytun. Imam pun menduga jika pejabat tersebut adalah Hendropriyono. Dugaan ini ternyata diperkuat dengan beredar video lawas Hendropriyono yang viral di media sosial karena menganggap Panji Gumilang adalah sahabatnya.
“Memang kenyataannya seperti itu. Apa alasannya dulu Hendropriyono mengatakan bahwa yang mengganggu Zaytun saya gebuk? Itu kan tanda tanya besar buat kita,” kata Imam.
Hendropriyono tak membantah dia memiliki hubungan dengan Al Zaytun. Dalam wawancara dengan Majalah Tempo, dia menyatakan berhubungan dengan pondok pesantren itu saat masih menjadi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).
Saat itu, dia menyatakan BIN merasa perlu untuk menggandeng Panji karena ideologi dan aktivitasnya sebagai kader Negara Islam Indonesia (NII). Dia pun sempat mengira jika Panji menggunakan pesantrennya untuk menyamarkan aktivitas NII. Namun ternyata dugaan tersebut tak terbukti.
“Setelah (Panji Gumilang) digalang (BIN), rekrutmen NII ikut bubar,” ujar Hendro dikutip Majalah Tempo edisi Minggu 9 Juli 2023.
Selanjutnya, Wiranto dan Moeldoko