Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Detik-detik Kematian Ayah Gus Dur, KH Wahid Hasyim karena Kecelakaan di Cimahi 70 Tahun Lalu

image-gnews
KH. Wahid Hasyim. Wikipedia.org
KH. Wahid Hasyim. Wikipedia.org
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Ayah Gus Dur, KH Abdul Wahid Hasyim meninggal dalam kecelakaan pada 19 April 1953. Sejumlah media berbahasa Belanda yang masih terbit pada 1950-an, menurunkan berita tentang peristiwa itu.

Dikutip dari alif.id, Wahid Hasjim overledenBij auto-ongeluk Tjimahi Bandung, demikian  judul dalam Java-bode  nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 20-04-1953. Wahid Hasjim meninggal karena kecelakaan mobil di Cimahi, Bandung. 

Sementara judul Het auto ongeluk van W. Hasjim, diturunkan oleh Het nieuwsblad voor Sumatra, 23-04-1953. Kecelakaan mobil Wachid Hasjim.

Dari sejumlah berita itu diperoleh keterangan bahwa kecelakaan terjadi di Cibeureum, Cimahi, pada hari Sabtu, sekitar pukul 11.30 siang. Sementara menurut keterangan A. A. Achsien dalam informasi resmi PBNU, peristiwa terjadi jam 13.00. 

Dikutip dari serial buku Tempo: Wahid Hasyim untuk Republik dari Tebuireng, halaman 115 mengisahkan kejadian tersebut. Seperti ini: Hujan deras membuat licin jalan yang ramai itu. Ban Chevrolet Cabriolet selip dan sopir bernama Djuhari tidak bisa mengendalikannya. Mobil melaju zigzag. Di depan, sebuah truk mengerem. Bagian belakang mobil Wahid itu membentur truk itu dengan keras.

Sopir dan Gus Dur selamat. Tapi, "Wachid Hasjim terpelanting keluar dan jatuh di bawah truck." tulis koran Sinpo edisi Senin 20 April 1053. Argo turut terlontar keluar. Wahid terluka parah di bagian kening,mata, pipi, leher, dan langsung pingsan seketika, "Karena luka-lukanya pada kepalanya (schedel-fractuur).

Koran Java-bode pada 22 April 1953 menurunkan judul, Auto-ongeluk K. Wachid Hasjim Mede-passagier Argo Sutjipto ook om het leven gekomen. Kecelakaan mobil K. Wachid Hasjim, bersama penumpang Argo Sutjipto juga tewas. Dalam berita ini disertakan pengakuan sopir yang bernama Djuhari.

Menurut Djuhari, saat itu jalanan licin akibat hujan. Tiba-tiba dari arah berlawanan terlihat sebuah truk. Djuhari panik sehingga mobil agak oleng. Pada saat itulah Kiai Wahid dan Argo melompat dari kendaraan, Chevrolet Cabriolet. Mereka khawatir kendaraan yang mereka naiki akan menabrak truk.  Keduanya mendapatkan benturan keras yang mengakibatkan luka dalam di bagian kepala. Sesaat kemudian Djuhari berhasil menguasai kembali mobilnya dan hanya membentur truk itu, yang menyebabkan sedikit kerusakan. Djuhari dan putra sulung Kiai Wahid, Abdurrahman atau Gus Dur yang duduk di depan, tak mengalami luka berarti.

Lokasi kecelakaan itu, menurut H. Dadang Nawawi, putra KH Izuddin, tepat di depan kantor BPKP Jawa Barat saat ini. Tepatnya di Jalan Raya Cibeureum atau Jalan Amir Machmud No. 50 Cimahi.

Menurut peminat budaya Sunda, IIP D Yahya, setelah kecelakaan, Kiai Wahid dan kedua korban segera dibawa ke rumah sakit terdekat yaitu RS Cibabat Cimahi.  Pada saat yang sama, Gus Dur kecil dibawa singgah ke Pesantren Cibeureum Kidul oleh KH Izuddin. Setelah terhubung dengan A. A. Achsien, kemudian diatur pemindahan perawatan ke RS Boromeus di Kota Bandung, tak jauh dari kampus ITB.

Setelah menjalani perawatan sekitar 24 jam, Kiai Wahid wafat sekitar pukul 14.00. Tak lama kemudian,  Argo pun meninggal. Dari RS Boromeus kedua jenazah dibawa ke Jakarta dengan dikawal oleh Brigade Mobil. Jenazah KH. A. Wahid Hasyim kemudian disemayamkan di kediaman di Jalan Jawa dan keesokan harinya dibawa dengan pesawat ke Surabaya untuk kemudian dimakamkan di pemakaman keluarga di Tebuireng, Jombang. Ungkapan duka cita pemerintah saat itu disampaikan Wakil Perdana Menteri Prawoto Mangkusamito. 

Perjalanan KH Wahid Hasyim

KH Abdul Wahid Hasyim, seorang tokoh nasional Indonesia yang lahir pada tanggal 1 Juli 1914 di Jombang, Jawa Timur. Ia putra dari KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia.

Dikutip jabar.nu.or.id, Wahid Hasyim merupakan putra keempat dari delapan bersaudara. Ayahnya adalah KH Hasyim Asy'ari, pendiri NU dan ibunya adalah Nyai Siti Rasyidah.

Wahid Hasyim dididik oleh ayahnya, yaitu Hasyim Asyari, pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng. Setelah dewasa, ia mulai mencari pendidikan di luar pesantren Tebuireng dan pindah ke berbagai pondok pesantren. Menurut Wahid Hasyim, setiap pondok pesantren memiliki keahlian khusus dalam memberikan pembelajaran, seperti ilmu fikih, tafsir, falaq, manteq, dan hukum agama.

Wahid Hasyim menghafal syair-syair berbahasa Arab selama menempuh pendidikan dasar di madrasah. Pada usia 13 tahun, ia melanjutkan belajar di Pondok Pesantren Siwalan Panji-Sidoarjo dan kemudian di Pondok Pesantren Lirboyo-Kediri, tetapi hanya bertahan beberapa hari menjadi santri di pondok tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada usia 15 tahun, Wahid Hasyim mulai belajar huruf Latin dan ilmu pengetahuan umum. Dia berlangganan majalah seperti “Penyebar Semangat”, “Daulat Rakyat”, dan “Panji Pustaka”.

Dia juga berlangganan majalah dari luar negeri seperti “Ummul Qura”, “Shautul Hijaz”, “Al-Latha’iful Muswarah”, “Kullusyaiin Wad-Dunya”, dan “Al-Itsnain”. Wahid Hasyim mempelajari bahasa Arab, Belanda, dan kemudian bahasa Inggris.

Pada usia 18 tahun, Wahid Hasyim pergi ke tanah suci bersama sepupunya, Muhammad Ilyas, untuk menunaikan ibadah haji dan memperdalam ilmu tafsir, hadits, Nahwu Shorof, dan fikih selama dua tahun.

Setelah kembali dari Mekah, Wahid Hasyim menikahi putri Kiyai H. Bisri Syansuri, pendiri Pesantren Denayar Jombang, yakni Sholehah Munawwaroh.

Memajukan pendidikan agama Islam

Wahid Hasyim aktif dalam organisasi pada usia 20 tahun. Menurut nu.or.id, ayah Gus Dur ini aktif di Nahdlatul Ulama dan memulai karirnya dari tingkat rendah, mulai dari tingkat ranting Tebuireng hingga menjadi Ketua Pendidikan Ma'arif dan kemudian Ketua Muda II Majelis Syura Dewan Partai Masyumi.

Dia kemudian diangkat menjadi Menteri Agama dalam Kabinet Hatta, Kabinet Sukiman, dan Kabinet Natsir.

Wahid Hasyim melakukan reformasi pada sistem pendidikan di Pondok Pesantren dengan tujuan memajukan pengajaran dan pendidikan Islam di pondok-pondok pesantren tanpa menimbulkan perpecahan antara muslim, dengan tetap mengikuti syarat-syarat revolusi.

Ia ingin menerapkan metode yang pernah diterapkannya di masa lalu dan mendorong kemajuan pesantren dalam mendidik santrinya dengan mengikuti perubahan zaman. Pada 1935, Wahid Hasyim membuka madrasah modern bernama Nizamiyah sebagai cabang dari pesantren Islam.

Madrasah ini mengajarkan pengetahuan umum, bahasa Arab, Belanda, dan Inggris. Namun, Wahid Hasyim tetap mengedepankan pentingnya bahasa sebagai kunci ilmu pengetahuan dan mengutip hadis tentang bahasa sebagai perlindungan dari kejahatan suatu golongan.

Pada 1936, Wahid Hasyim mendirikan Ikatan Pelajar-pelajar Islam (IKPI) yang kemudian mendirikan taman pembacaan (Bibliotheek) yang menyediakan kitab-kitab bacaan dalam berbagai bahasa.

Beberapa guru yang membantu Wahid Hasyim mengajar di Madrasah Nizamiyah antara lain A. Wahab Turham, A. Aziz Jar, Nahdlatul Ulamarmandi, Abdurrahman, Abdul Hamid dan A. Karim Hasjim.

PUTRI SAFIRA PITALOKA  I  SDA

Pilihan Editor: Silsilah 3 Generasi Gus Dur, KH Wahid Hasyim dan KH Hasyim Asyari

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Pesan Jokowi saat Terima Pengurus GP Ansor di Istana

6 jam lalu

Pimpinan Pusat GP Ansor tiba di Istana Kepresidenan Jakarta untuk dilantik oleh Jokowi pada Kamis, 16 Mei 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Pesan Jokowi saat Terima Pengurus GP Ansor di Istana

Sejumlah topik dibahas dalam pertemuan Jokowi dan GP Ansor.


Pimpinan Ponpes di Lombok Barat Terduga Pelaku Pelecehan Seksual Santriwati Kabur

2 hari lalu

Ilustrasi pencabulan. Shutterstock
Pimpinan Ponpes di Lombok Barat Terduga Pelaku Pelecehan Seksual Santriwati Kabur

Pimpinan Ponpes di Lombok Barat menghilang setelah pondok pesantrennya dirusak massa karena marah atas kasus pelecehan seksual.


Menag Yaqut Minta Layanan kepada Jemaah Haji Ditingkatkan, Tidak Menyepelekan Hal-hal Kecil

2 hari lalu

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas saat ditemui usai melaksanakan Salat Idulfitri 1445 Hijriah di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. TEMPO/Adinda Jasmine
Menag Yaqut Minta Layanan kepada Jemaah Haji Ditingkatkan, Tidak Menyepelekan Hal-hal Kecil

Menag Yaqut Cholil Qoumas meminta kepada jajarannya untuk mempersiapkan berbagai pelayanan bagi para jemaah haji secara detail


Profil Nahdlatul Wathan, Organisasi Massa Islam Pertama Bangun Ekosistem di IKN

3 hari lalu

Peletakan batu pertama pembangunan kompleks Nahdlatul Wathan di Buluminung, Penajam, Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur, Minggu, 5 Mei 2024, oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (PBNW) TGKH Lalu Gede Zainuddin Atsani. Foto: Nahdlatul Wathan
Profil Nahdlatul Wathan, Organisasi Massa Islam Pertama Bangun Ekosistem di IKN

Nahdlatul Wathan (NW) menjadi organisasi massa Islam pertama yang membangun ekosistem di Ibu Kota Nusantara (IKN). Begini profilnya?


Jokowi Jadi Presiden Kedua setelah Gus Dur Sambangi Kabupaten Muna

3 hari lalu

Presiden Joko Widodo di Pasar Laino Raha, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara pada Senin, 13 Mei 2024. Foto: Vico - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jokowi Jadi Presiden Kedua setelah Gus Dur Sambangi Kabupaten Muna

Keterangan tertulis Sekretariat Presiden menyebut Jokowi disambut lautan masyarakat saat meninjau Pasar Laino Raha, Kabupaten Muna.


Napak Tilas Reformasi 1998: Aksi Mahasiswa UI Tolak Pidato Presiden, Tragedi Trisakti, sampai Soeharto Lengser

3 hari lalu

Ribuan mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR saat unjuk rasa menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, Mei 1998. Selain menuntut diturunkannya Soeharto dari Presiden, Mahasiswa juga menuntut turunkan harga sembako, dan cabut dwifungsi ABRI. TEMPO/Rully Kesuma
Napak Tilas Reformasi 1998: Aksi Mahasiswa UI Tolak Pidato Presiden, Tragedi Trisakti, sampai Soeharto Lengser

Aksi mahasiswa UI menolak pidato pertanggung jawaban Presiden Soeharto. Berikut berbagai peristiwa mengiringi Reformasi 1998.


Calon Jemaah Haji Kloter 1 Jawa Tengah & DIY Berangkat, Wamenag Ingatkan Cuaca Panas di Tanah Suci

4 hari lalu

Wakil Menteri Agama RI, Saiful Rahmat Dasuki memberikan sambutan dalam acara pelepasan keberangkatan calon jemaah haji kelompok terbang (kloter) 1 ke Arab Saudi dari Asrama Haji Donohudan (AHD) Boyolali, Jawa Tengah, Ahad, 12 Mei 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Calon Jemaah Haji Kloter 1 Jawa Tengah & DIY Berangkat, Wamenag Ingatkan Cuaca Panas di Tanah Suci

Cuaca di Arab Saudi yang pada musim haji tahun ini diperkirakan bisa mencapai 40 - 50 derajat celcius.


Prabowo Sebut Bung Karno Bukan Milik Satu Partai, Ini Reaksi Para Politikus PDIP

5 hari lalu

Presiden terpilih Prabowo Subianto saat menghadiri rapat koordinasi nasional (rakornas) pilkada Partai Amanat Nasional (PAN) di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Kamis, 9 Mei 2024. Dalam sambutannya, Prabowo memuji kesetiaan PAN atas dukungannya. Setidaknya PAN sudah mendukung Prabowo selama 15 tahun. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Prabowo Sebut Bung Karno Bukan Milik Satu Partai, Ini Reaksi Para Politikus PDIP

Presiden terpilih Prabowo Subianto mengatakan, Bung Karno milik seluruh rakyat Indonesia. Apa kata para politikus PDIP?


Jumlah Menteri Kabinet sejak Gus Dur, Megawati, SBY, sampai Jokowi

5 hari lalu

(ki-ka) Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Kelautan dan Prikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Menteri Soial Khofifah Indar Parawansa, melakukan swafoto dengan Menteri Kemaritiman Luhut Binsar Panjaita jelang pelantikan Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai panglima TNI di Istana Negara, Jakarta, 8 Desember 2017. TEMPO/Subekti.
Jumlah Menteri Kabinet sejak Gus Dur, Megawati, SBY, sampai Jokowi

Setiap kabinet pemerintahan Indonesia mempunyai jumlah menteri relatif berbeda, mulai Gus Dur Gus Dur, Megawati, SBY, sampai Jokowi.


Pondok Pesantren di Lombok Barat Dirusak Warga, Diduga Terjadi Pelecehan Santriwati

7 hari lalu

Ilustrasi kekerasan seksual. Freepik.com
Pondok Pesantren di Lombok Barat Dirusak Warga, Diduga Terjadi Pelecehan Santriwati

Pimpinan pondok pesantren NQW di Lombok Barat diduga melakukan pelecehan terhadap 5 santriwati