TEMPO.CO, Jakarta - Bakal calon presiden usungan Partai NasDem Anies Baswedan mengunggah foto bersama putranya Mikail Azizi Baswedan berlatar belakang TV yang menunjukkan judul film The Edge of Democracy. Dalam captionnya, Anies menyebut dokumenter yang diproduksi Petra Costa ini menceritakan erosi demokrasi dan perjalanan politik Lula da Silva sebagai Presiden Brasil.
Anies kemudian menyebut bahwa dokumenter ini juga bercerita soal upaya penyingkiran Lula da Silva melalui pengadilan yang kontroversial. Lula, kata dia, dituduh korupsi. Kendati demikian, pada 2021 Mahkamah Agung membatalkan hukumannya.
“Kejatuhan Lula dan erosi demokrasi di Brazil membuka jalan bagi Jair Bolsonaro (petahana),” kata Anies dalam unggahannya di Instagram, Senin, 2 Januari 2023.
Anies menjelaskan, dokumenter The Edge of Democracy mengingatkannya pada buku How Democracies Die oleh Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt. Dia menyebut buku ini menerangkan tiga tahap untuk melemahkan demokrasi secara perlahan tanpa disadari.
Pertama, kata Anies, kuasai wasitnya. Hal ini diwujudkan dengan mengganti para pemegang kekuasaan di lembaga negara dari yang sebelumnya netral menjadi pendukung status quo. Kedua, singkirkan pemain lawan. Dia menyebut penyingkiran ini dilakukan dengan cara kriminalisasi, suap, atau skandal.
“Ketiga, ganti aturan mainnya. Ubah peraturan negara untuk melegalkan penambahan dan pelanggengan kekuasaan,” kata Anies.
Perubahan Bertahap dan Perlahan
Lebih lanjut Anies menjelaskan, pelemahan demokrasi secara perlahan ini bisa disebabkan oleh shifting baseline syndrome. Artinya, perubahan dilakukan secara bertahap dan perlahan, sehingga publik terbiasa dengan kondisi barunya yang sebenarnya buruk.
“Kondisi yang penuh oleh praktik yang dulunya dipandang tidak normal dan tidak boleh dinormalkan dalam demokrasi, tapi karena perburukannya berlangsung perlahan maka tanpa disadar dianggap kewajaran baru,” kata dia.
Anies menilai dokumenter The Edge of Democracy ini turut memberikan pelajaran bahwa demokrasi tidak boleh taken for granted. Menurut dia, penyimpangan kecil namun kontinyu terhadap etika dan praktik demokrasi akan melebar jika dibiarkan. “Pesan pentingnya, bila terlambat maka akan menjadi terlalu berat untuk dikembalikan pada relnya,” ujarnya.
Adapun Lula da Silva sudah dilantik menjadi Presiden Brazil, kemarin. Ia mengalahkan petahana Jair Bolsonaro dalam Pemilihan Umum tahun lalu. Lula sebelumnya sudah menjadi Presiden Brasil pada 2003-2010.
Anies Baswedan disebut-sebut sedang dibidik oleh Komisi Pemberantasan Korupsi ihwal kasus balap mobil listrik Formula E. Menyitir laporan Koran Tempo bertajuk Skenario Melibatkan BPK edisi 26 Desember 2022, KPK pada medio Desember lalu bersurat ke Badan Pemeriksa Keuangan untuk meminta audit kerugian negara dalam Formula E.
KPK mengusut kasus Formula E sejak pertengahan 2021. Salah satu bagian yang didalami adalah mekanisme pembiayaan Formula E dan commitment fee atau initial fee yang disebut-sebut mencapai Rp 560 miliar.
Dalam penyelidikannya, Anies Baswedan menjadi salah satu pihak yang dimintai keterangan oleh KPK. Selama penyelidikan ini, sejumlah sumber Tempo di KPK mengatakan Ketua KPK Firli Bahuri berulang kali menanyakan perkembangan kasus ini kepada tim penyelidik. Firli bahkan mendesak agar tersangka dalam kasus ini segera ditetapkan.
IMA DINI SHAFIRA | AVIT HIDAYAT
Baca: NasDem Ungkap Hambatan Safari Anies Baswedan: Izin Dicabut Tanpa Alasan Jelas
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.