TEMPO.CO, Jakarta - Eks Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan, Prof. Tjandra Yoga Aditama, menanggapi soal munculnya kasus Polio di Pidie, Aceh, baru-baru ini. Tjandra meminta pemerintah untuk belajar dari pengalaman kasus yang sama di Papua beberapa tahun yang lalu.
"Tentu sekarang harus dilakukan upaya maksimal agar kasus di Aceh tidaklah merebak luas, dan kita sudah punya pengalaman panjang untuk mengendalikan polio di Indonesia," ujar Tjandra dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Sabtu, 19 November 2022.
Tjandra menyatakan Indonesia memiliki sejarah panjang dalam memerangi virus Polio. Salah satunya adalah ketika pada 2005 ditemukan 305 kasus yang kemudian ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
"KLB Polio di Indonesia dilaporkan terakhir terjadi pada 2005-2006 untuk virus Polio tipe satu yang berasal dari Timur Tengah. KLB kali itu terjadi di 10 propinsi dan 47 kabupaten atau kota di seluruh Indonesia, dengan total kasus yang dilaporkan sebanyak 305," ujar Tjandra.
Kasus Aceh memiliki kesamaan dengan Kasus Papua
Soal kasus di Aceh, menurut Tjandra memiliki kesamaan dengan kasus yang terjadi di Papua pada 2018-2019. Meskipun tak ditetapkan sebagai KLB, menurut Tjandra, penyebaran Polio di Papua itu sempat mendapat perhatian dunia.
"Sebelum yang di Aceh ini, kejadian serupa pernah terjadi di Papua, dan bahkan masuk dalam Disease Outbreak News (DONs) WHO pada 27 Februari 2019, pada saat saya bertugas sebagai Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara," kata Pria yang sempat ikut membuat Indonesia mendapatkan .
Tjandra menduga kasus yang terjadi di Aceh ini merupakan virus yang berasal dari vaksin. Menurut dia, vaksin Polio dapat berubah menjadi virus pada daerah yang relatif rendah cakupan vaksinasi Polio-nya atau mereka yang daya tahan tubuh lemah. Dia menyatakan hal itu yang terjadi di Papua pada dua tahun lalu.
Pria yang menjabat sebagai Direktur Pasca Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi itu menceritakan kasus Papua bermula adanya laporan dua korban yang terinfeksi virus tipe satu. Ia mengatakan virus pada dua pasien tersebut memiliki hubungan genetik.
"Pada saat itu ada dua kasus terinfeksi circulating vaccine-derived poliovirus type satu (cVDPV1) di Papua yang kedua nya virusnya berhubungan secara genetik (Genetically-linked VDPV1 viruses), ini memang syarat seperti ini diperlukan untuk melihat adanya penularan di masyarakat," kata dia.
Dalam kasus Papua, pasien pertama dilaporkan mengalami kelumpuhan sementara pasien kedua tampak sehat, tetapi dalam tinjanya dinyatakan positif VDPV.
"Lokasi tinggal kasus ke dua adalah di desa terpencil berjarak 3-4 km dari kasus pertama," kata dia.
Sebelumnya Kementerian Kesehatan menyatakan menemukan kasus Polio di Aceh pada seorang anak berusia 7 tahun. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu menyatakan bahwa anak tersebut terjangkit virus Polio akibat air sungai yang tercemar kotoran tinja. Dia juga menyatakan bahwa pasien tersebut sebelumnya tak memiliki riwayat imunisasi Polio.
MUH RAIHAN MUZAKKI