TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan obat antidotum dengan merek Fomepizole terbukti ampuh mengobati gagal ginjal akut pada anak. Budi mengatakan dari 10 anak yang diberikan obat tersebut, sebanyak 7 di antara membaik.
"Yang awalnya pasien itu ginjalnya terganggu, ga bisa kencing, begitu dikasih obat sudah mulai keluar sedikit demi sedikit, ada yang mulai banyak dan yang tadinya tidak sadar mulai sadar kembali," ujar Budi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin, 24 Oktober 2022.
Femopizole hanya ampuh untuk stadium awal
Budi mengatakan obat Fomepizole hanya ampuh untuk pasien gagal ginjal akut stadium awal. Untuk pasien stadium tiga, Budi mengatakan tingkat kesembuhan menurun dan pasien memerlukan perawatan lanjutan.
Meski begitu, Budi Gunadi Sadikin mengatakan pihaknya tetap akan mendatangkan seharga Rp 16 juta per vial itu. Rencananya, pemerintah bakal membeli Fomepizole hingga ratusan vial.
"Kita kejarnya karena sekarang ada 250 (pasien gagal ginjal akut), tapi setengahnya sudah meninggal, jadi ada 120-an (pasien) yang sekarang masih ada di rumah sakit, (bakal beli) sekitar antara 200-500 vial begitu," kata Budi.
Penyebab gagal ginjal akut
Kasus gagal ginjal akut pada anak ini diduga diakibatkan jenis obat sirup yang mengandung Etilen Glikol (EG), Dietilen Glikol (DEG), dan Etilen Glikol Butil Eter (EGBE) melebihi ambang batas aman. Pemerintah kini telah melarang penjualan obat batuk cair untuk mencegah cemaran itu mengontaminasi lebih banyak anak.
Kini Kemenkes sudah menarik izin lebih dari 1.100 obat sirup yang mengandung pelarut tersebut dan diduga menyebabkan gagal ginjal akut. Budi mengatakan masih menunggu dari BPOM melakukan penelitian terhadap obat-obatan tersebut.
"Nanti sore ini kita keluarkan surat untuk rilis. Ada 133 atau 150-an yang memang pelarutnya tidak mengandung bahan berbahaya, kita akan rilis," ujar Budi.
Hingga hari ini, Senin, 24 Oktober 2022, Budi Gunadi Sadikin menyatakan jumlah pasien yang mengidap gagal ginjal akut bertambah menjadi 245 yang tersebar di 26 provinsi, pada Jumat lalu sebanyak 241 kasus di 22 provinsi. Budi memaparkan ada delapan provinsi yang berkontribusi 80 persen dari kasus ini, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Aceh, Jawa Timur, Sumatra Barat, Bali, Banten dan Sumatra Utara. Dia pun menyatakan angka kematian akibat gagal ginjal akut pada anak cukup tinggi, mencapai 57,6 persen. Dari 245 pasien, 141 diantaranya meninggal.