TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi kembali mengingatkan para menterinya untuk berhati-hati menghadapi krisis ekonomi global saat ini. Menurut Jokowi, krisis yang diakibatkan konflik geopolotik hingga pandemi itu membuat ekonomi 28 negara ambruk dan meminta tolong kepada Dana Moneter Internasional (IMF).
"Saat ini sudah ada 28 negara yang sudah menjadi pasien IMF. Artinya badai itu sudah datang, persiapan kita harus matang," ujar Jokowi dalam ratas bersama para menteri yang disiarkan YouTube Sekretariat Presiden pada Rabu,12 Oktober 2022.
Dengan kondisi saat ini, Jokowi meminta para menterinya bekerja ekstra keras. Menurut dia, para pembantunya itu tidak bisa bekerja seperti biasa-biasa lagi di tengah gejolak krisis ini.
"Enggak bisa kita kerja sekadar rutinitas, enggak bisa sekarang ini. Bekerja makro, bekerja mikro, hanya bekerja detail yang bisa menyelamatkan negara kita," kata Jokowi.
Baca juga: Bicara Ancaman Krisis Ekonomi, Jokowi: Indonesia Beruntung Bisa Kendalikan Fiskal
Sebelumnya, IMF dan Bank Dunia (World Bank) kembali memperingatkan peningkatan risiko resesi global karena ekonomi maju melambat dan inflasi yang lebih cepat. Kondisi tersebut memaksa Federal Reserve (The Fed) untuk terus menaikkan suku bunga serta menambah tekanan utang pada negara-negara berkembang.
"Di Amerika Serikat, ekonomi terbesar di dunia, pasar tenaga kerja masih sangat kuat tetapi kehilangan momentum karena dampak dari biaya pinjaman yang lebih tinggi 'mulai menggigit'," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva.
Dia menuturkan roda perekonomian di wilayah Eropa melambat karena harga gas alam melonjak. Sementara itu, perlambatan ekonomi Cina juga terjadi karena kebijakan zero covid policy dan volatilitas di sektor perumahan.
Dia memprediksi perekonomian dunia akan mengalami kerugian hingga US$4 triliun hingga 2026. Pada saat yang sama, katanya, pembuat kebijakan tidak dapat membiarkan inflasi menjadi “kereta pelarian".
Menanggapi hal ini, Jokowi menyebut inflasi di Indonesia dapat ditekan menjadi 5,9 persen dari awalnya diprediksi 6,8 persen.
"Kita inflasi 5,9 persen dengan perubahan suku bunga di 75 basis poin. Artinya, moneter kita masih pada posisi yang kita bisa kendalikan," kata Jokowi.
Jokowi menyebut inflasi di Indonesia terkendali berkat kedekatan antara Bank Indonesia dengan Kementerian Keuangan. Kebijakan antara lembaga dan kementrian itu disebut Jokowi saling mendukung satu sama lain.
"Antara bank sentral kita BI dan Kemenkeu berjalan beriringan, berjalannya rukun tidak saling tumpang tindih, komunikasinya baik sehingga fiskal dan moneter bisa berjalan bersama-sama," kata Jokowi.
Baca juga: Sebut 28 Negara Antre Jadi Pasien IMF, Jokowi: Eling Lan Waspodo
M JULNIS FIRMANSYAH