TEMPO.CO, Jakarta - Pada 30 September 1965 malam sampai 1 Oktober 1965, terjadi peristiwa G30S yang hanya ada di dalam sejarah Indonesia saja, sejarah dunia pun tidak memiliki sejarah kelam ini. Peristiwa itu terjadi ketika Tujuh Jendral militer dan satu perwira Indonesia beserta beberapa orang lainnya terbunuh dalam suatu usaha kudeta.
Mengutip dari jurnal Gerakan 30 September 1965 dalam Perspektif Filsafat Sejarah Marxisme karya Harsa Permata, menjelaskan berbagai hal mengenai situasi menjelang peristiwa kelam G30s itu.Tidak hanya itu, terdapat pula beberapa faktor pendukung lainnya yang menjadi alasan terjadinya G30S.
Situsai Penyebab G30S
Mengutip dari laman bemu.umm.ac.id, dengan judul "Menolak Lupa Kekejaman PKI Pada G30S/PKI", di sana disebutkan setidaknya 5 Faktor penyebab terjadinya peristiwa G30S pada 30 September-1 Oktober 1965, yaitu:
1. Dominasi Ideologi NASAKOM
Ideologi NASAKOM (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme) ketika masa presiden Soekarno diberlakukan dengan seimbang sejak masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965).
2. Pertentangan PKI dan TNI
Hubungan yang terjalin antara PKI dan TNI kurang baik yang diawali oleh pembentukan angkatan kelima atas inisiasi PKI. Pembentukan tersebut ditentang oleh TNI angkatan darat sehingga membuat hubungan keduanya semakin tidak harmonis.
Hubungan kedua pihak ini semakin memanas setelah muncul banyak hasutan dan konfrontasi antara rakyat dengan TNI. Dari sini, lahirlah perencanaan untuk melakukan G30S yang berujung pada terjadinya peristiwa kelam dalam sejarah Indonesia.
3. Kondisi Ekonomi Indonesia
Pada 1965, keadaan ekonomi Indonesia berada dalam masa keterpurukan. Kenaikan inflasi sebesar 650 persen membuat rakyat menjadi ragu akan kepemimpinan presiden Soekarno. Melansir dari laman bemu.umm.ac.id, lemahnya kondisi ekonomi Indonesia ketika itu sebenarnya juga terjadi karena keputusan Jenderal Soeharto dan Jenderal Nasution tentang pembantaian terhadap pedagang yang berasal dari negeri Tiongkok, Cina. Akibatnya, kondisi ekonomi Indonesia semakin melemah sehingga banyak rakyat hidup dalam kelaparan dan kemiskinan, bahkan masyarakat sampai menyalahkan kepemimpinan yang dikendalikan oleh presiden Soekarno.
4. Keterlibatan Amerika Serikat
Meskipun Amerika Serikat merupakan negara anti-komunisme, tetapi kenyataannya telah ditemukan banyak dokumen dari FBI CIA yang mengungkapkan keterlibatan Amerika Serikat dalam peristiwa G30S.
Pengamat militer dari Pro Patria, Hari Priyantono, memastikan ada keterlibatan Badan Intelijen Amerika Serikat, Central Intelligence Agency (CIA), dalam Gerakan 30 September (G30S) 1965. “Keterlibatan CIA jelas ada. Secara resmi sudah diakui dari keluarnya dokumen-dokumen mereka,” kata Hari kepada Tempo, Ahad, 4 Oktober 2015.
Dokumen itu, menurut Hari, secara kuat membuktikan keterlibatan CIA dalam peristriwa yang memakan banyak korban jiwa itu. Dokumen yang ada di tingkat Internasional tersebut, menurut Hari, mengarah pada konspirasi militer antara CIA dengan Angkatan Darat Indonesia.
"Bahkan bukan hanya keterlibatan CIA, melainkan keterlibatan Amerika dalam kejatuhan Soekarno," kata dia.
Anton Aliabbas juga membenarkan keterlibatan CIA dalam G 30S. Pengamat militer dari Digimed Karya Imaji ini mengatakan gerakan itu tidak terlepas dari perang dingin yang terjadi antara Amerika dengan Uni Soviet.
5. Kesehatan Presiden Soekarno
Pada 1964, banyak kabar yang menyatakan bahwa presiden Soekarno sedang sakit parah. Kendati demikian, DN Aidit sebenarnya mengetahui bahwa Soekarno tidak sakit parah. Dengan beredarnya kabar tersebut, telah menimbulkan kecemasan dari berbagai pihak terkait upaya perebutan kekuasaan yang akan ditinggalkan oleh Soekarno. Kecemasan tersebut malah menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya G30S.
Dampak G30S
Berdasarkan penyebab-penyebab tersebut secara otomatis berdampak pada beberapa hal yang juga berpengaruh terhadap perjalanan bangsa ini. Adapun dampak-dampak tersebut menurut laman bemu.umm.ac.id adalah sebagai berikut:
- Kekuatan politik di Indonesia hancur setelah kegagalan kudeta tersebut.
- Wibawa Presiden Soekarno menjadi berkurang.
- Bersatunya TNI dan kaum agama untuk membalas PKI.
- Pembantaian orang-orang yang berhubungan dengan PKI atau dianggap pendukung PKI secara besar-besaran. Bahkan pembantaian ini dikenal di dunia sebagai anti-communist purge.
- Pasca pembantaian orang PKI atau yang dianggap PKI, TNI menjadi kekuatan baru.
- Kondisi politik bangsa menjadi tidak stabil karena adanya pertentangan di para penyelenggara dan lembaga negara.
- Timbulnya demonstrasi besar yang dilakukan oleh rakyat, mahasiswa, KAMI dan KAPPI. Dimana demonstrasi ini mencetuskan Tri Tuntutan Rakyat atau Tritura. Tritura berisi tiga hal. Pertama permintaan agar PKI dibubarkan, kedua pembersihan kabinet Dwikora dan unsur-unsur PKI dan ketiga adalah turunkan harga.
- Reshuffle kabinet untuk memenuhi Tritura. Kabinet Dwikora perlu diperbaharui karena perlu dibersihkan dari para menteri atau pejabat yang memberikan dukungan pada PKI.
- Gugurnya mahasiswa UI, Arif Rahman Hakim karena tertembak pada 24 Februari 1966 pada saat melakukan demonstrasi.
- Presiden Soekarno membubarkan KAMI karena dianggap sebagai provokator timbulnya demonstrasi. Dengan kata lain, KAMI yang menyebabkan mahasiswa turun ke jalan.
- Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret atau yang sering disebut Supersemar. Supersemar ini memberikan kewenangan kepada Soeharto untuk menertibkan keamanan dan kelancaran pemerintahan.
- Pelarangan organisasi dan partai berhaluan marxisme, leninisme dan komunisme hingga saat ini.
RACHEL FARAHDIBA R I SDA
Baca: Menjelang G30S: Jenderal Ahmad Yani Tak Setuju Angkatan Kelima Bentukan Sukarno Usulan PKI
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.