Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jasa Mohammad Natsir Kembalikan Indonesia ke NKRI Melalui Mosi Integral

Reporter

image-gnews
Mohammad Natsir. Dokumentasi Keluarga
Mohammad Natsir. Dokumentasi Keluarga
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Tujuh puluh dua tahun yang lalu, tepatnya 3 April 1950. Mohammad Natsir membuat catatan sejarah bagi bangsa Indonesia. Dia berhasil mempersatukan Republik Indonesia Serikat hingga kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Mohammad Natsir pemimpin Liga Muslim Dunia dan Dewan Masjid Dunia, pemegang 3 gelar Doktor (HC.), pemersatu NKRI melalui "Mosi Integral M. Natsir", dan Perdana Menteri RI, ini seorang negarawan yang dijuluki “Hij is de man” oleh Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno. Julukan ini ia dapat lantaran penyampaian gagasannya pada sidang parlemen Dewan Perwakilan Rakyat Sementara Republik Indonesia Serikat (DPR RIS) agar Indonesia kembali ke dalam bentuk negara kesatuan.

Mohammad Natsir dan Mosi Integral Kembali NKRI

Dr Adian Husaini dalam makalah singkat yang disampaikan dalam Webinar Nasional ”Sosialisasi 4 Pilar dan Memperingati Mosi Integral M. Natsir, yang diselenggarakan MPR-RI dan FISIP UHAMKA, pada 1 April 2021, mengatakan bnahwa pada 3 April 1950, Mohammad Natsir, ketua Fraksi Partai Masyumi mengajukan ”Mosi Integral” di Parlemen RIS (Republik Indonesia Serikat).

Peristiwa itu dikenal sebagai pengajuan ”Mosi Integral Natsir”, yang memungkinkan bersatunya Negara-negara Bagian RIS ke dalam NKRI. Mosi Integral Natsir pada 3 April 1950 itulah yang kemudian mengantarkan terbentuknya kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Bung Hatta menyebutkan, Proklamasi pertama, 17 Agustus 1945, dan Proklamasi Kedua secara resmi diumumkan pada 17 Agustus 1950, seusai mosi integral Mohammad Natsir, RIS kembali ke NKRI. .

Pidato Natsir tersbeut ia gagas setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda, yang dilenggarakan pada 3 Agustus hingga 2 November 1949, kedaulatan rakyat Indonesia semakin rapuh . KMB memutuskan bahwa bentuk negara Indonesia bukan negara kesatuan, melainkan negara federal.

Saat itu negara republik Indonesia berpusat di Yogyakarta dengan lima belas negara lain, kecuali Irian Barat, berada dalam satu negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Rakyat Indonesia sudah memahami bahwa kecuali negara republik indonesia, semua negara bagian RIS adalah hasil bentukan Belanda. Hanya Pulau Sumatera, selain Sumatera Timur dan Sumatra Selatan, serta Wilayah Yogyakarta yang termasuk dalam Negara Republik Indonesia.

Kondisi seperti ini mendapat penolakan dari banyak kalangan. Tidak hanya oleh para elit partai politik tetapi juga dari seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat menganggap ini adalah cara Belanda untuk menguasai Indonesia kembali. Hal ini terbukti setelah perundingan KMB jalannya pemerintah RIS sangat tak menentu dan sering muncul peristiwa politik yang seharusnya tidak terjadi.

Di beberapa tempat di wilayah RIS banyak demo yang terjadi menuntut pembubaran RIS. Bahkan di beberapa tempat di negara bagian menghadapi pemberontakan dan perebutan kekuasaan, antara lain pemberontakan Andi Aziz di Makasaar, Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku, dan percobaan perebutan kekuasaan oleh Westerling di Bandung dan Jakarta.

Gerakan-gerakan begitu cepat terjadi hingga akhir Maret 1950, hanya tersisa empat negara bagian yaitu Republik Indonesia, Sumatera Timur, Kalimantan Barat dan Indonesia Timur.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari situasi yang miris ini lahirlah gagasan cemerlang dari M. Natsir yang pada saat itu masih menjabata sebagai Ketua Fraksi Partai Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) di DPRS RIS. Natsir menyatakan bahwa solusi dari semua perpecahan ini adalah membentuknya negara kesatuan dan bukannya negara federasi.

Dia beranggapan tidak ada negara bagian yang lebih tinggi kedudukannya dengan dari negara bagian yang lain. Sehingga seluruh negara bagian harus dilibatkan dalam penyelesaian masalah. Semua berkedudukan sama dalam sebuah negara kesatuan. Negara Republik Indonesia Yogyakarta juga harus dilikuidasi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dikutip dari Antaranews.com, Tidak mudah untuk Natsir merealisasikan gagasan tersebut. Dia harus meyakinkan seluruh perwakilan dari negara bagian dan parlemen di DPRD RIS. Tokoh-tokoh dari berbagai kalangan harus ia yakinkan agar dapat menyetujui  gagasannya. Orang-orang tersebut antara lain Sirajuddin Abbas dari Persatuan Tarbiyah Indonesia, Amelz dari Partai Syarikat Indonesia, I.J Kasimo dari partai Katholik, A.M Tambunan dari Partai Kristen Indonesia, dan Sukiman dari Komunis Indonesia.

Parlemen menerima mosi dari Natsir dan meminta pemerintah segera melakukan langkah-langkah untuk membentuk negara Kesatuan Republik Indonesia. Pidato Natsir ini kemdian dikenal luas dengan sebutan Mosi Integral Natsir.

Forum kenegaraan yang dihadiri oleh perwakilan negara bagian dan republik Indonesia pada tanggal 19 Mei 1950 yang menghasilkan piagam persetujuan yang menyepakati pembentukan sebuah negara kesatuan dengan waktu yang secepat-cepatnya.

Akhirnya Presiden Soekarno membubarkan RIS dan pada 17 Agustus 1950 negara ini resmi kembali diproklamirkan menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI sebagai kelanjutan dari Republik Indonesia yang diprokamirkan pada tanggal yang sama.

YOLANDA AGNE

Baca: Hidayat Nur Wahid Lanjutkan Perjuangan Agus Salim dan Mohammad Natsir

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Sidang Penghinaan Jokowi, JJ Rizal Sebut Rocky Gerung Jalankan Fungsi Intelektual

22 hari lalu

Sejarawan JJ Rizal mendatangi orang tua siswa dan tim kuasa hukum yang menolak penggusuran SDN Pondok Cina 1 di Jalan Margonda, Kecamatan Beji, Depok, Rabu, 3 Januari 2024. TEMPO/Ricky Juliansyah
Sidang Penghinaan Jokowi, JJ Rizal Sebut Rocky Gerung Jalankan Fungsi Intelektual

Dalam sidang Rocky Gerung, JJ Rizal mengulas sejarah saat Bung Hatta menggunakan kata-kata kasar dalam tulisannya di Koran Daulat Ra'jat


Sekjen Kemendagri: Alumni IPDN Bagian Dari Perekat NKRI

29 hari lalu

Sekjen Kemendagri: Alumni IPDN Bagian Dari Perekat NKRI

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Suhajar Diantoro, menerima audiensi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB), Abdullah Azwar Anas bersama Sivitas Akademika IPDN, di Aula Zamhir Islamie, IPDN Kampus Jakarta, Selasa, 27 Februari 2024.


Isi Lengkap Dialog Imajiner Anies Baswedan kepada Bung Hatta yang Viral

29 hari lalu

Anies Baswedan menatap lukisan Mohammad Hatta, 2 November 2023. Instagram/Anies Baswedan
Isi Lengkap Dialog Imajiner Anies Baswedan kepada Bung Hatta yang Viral

Belakangan video Anies Baswedan saat melakukan dialog imajiner dengan Wakil Presiden Pertama RI Mohammad Hatta alias Bung Hatta viral.


Guru Besar dan Sivitas Akademika Ramai Kritik Jokowi, Mengingatkan Pesan Bung Hatta untuk Kaum Intelegensia

47 hari lalu

Bung Hatta atau Mohammad Hatta. Wikipedia
Guru Besar dan Sivitas Akademika Ramai Kritik Jokowi, Mengingatkan Pesan Bung Hatta untuk Kaum Intelegensia

Guru besar dan sivitas akademika terus kritik Jokowi. Bung Hatta pernah ingatkan kaum intelegensi turut membangun Indonesia yang adil dan makmur.


Sikapi Situasi Pilpres 2024, Masyarakat Antropologi Indonesia Ungkap 10 Poin Keprihatinan

48 hari lalu

Di Rumah Bung Hatta, Masyarakat Antropologi Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI), Forum Kajian Antropologi (FKAI), Asosiasi Dapartemen dan Jurusan Antropologi Seluruh Indonesia (ADJASI) dan Jaringan Kekerabatan Antropologi Indonesia (JKAI) menyerukan keprihatinan atas situasi dan kondisi negara Indonesia saat ini. Jumat, 9 Febuari 2024. TEMPO/Yuni Rahmawati
Sikapi Situasi Pilpres 2024, Masyarakat Antropologi Indonesia Ungkap 10 Poin Keprihatinan

Masyarakat Antropologi Indonesia menyerukan 10 poin keprihatinan atas kondisi negara sepanjang masa Pilpres 2024 ini.


Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

50 hari lalu

Mohammad Natsir. Dok.TEMPO/Ali Said
Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

Mohammad Natsir merupakan pemikir, politikus, sekaligus pendakwah.


Benarkah Ada Peran Jepang dalam Berdirinya UII?

52 hari lalu

Tim mahasiswa Akuntansi Universitas Islam Indonesia juara 1 kompetisi Enterprise Resource Planning Simulation (ERPsim) International Competition Asia Pacific Japan 2022. Foto FBE UII
Benarkah Ada Peran Jepang dalam Berdirinya UII?

UII lahir dari rahim Masyumi, organisasi bentukan Jepang untuk mengontrol Islam itu berubah jadi alat perjuangan bangsa meski akhirnya dibubarkan


Isu Pemakzulan Presiden, Bung Karno dan Gus Dur Mengalaminya

23 Januari 2024

Ketua Umum Dewan Syura DPP PKB Abdurrahman Wahid memberikan keterangan kepada wartawan di Jakarta, (18/01). Ia menyatakan sambil mununggu hasil penghitungan suara definitif Pemilu 2009 sejumlah daerah diperkenankan adanya koalisi lokal. TEMPO/Adri Ir
Isu Pemakzulan Presiden, Bung Karno dan Gus Dur Mengalaminya

Isu pemakzulan Jokowi ramai dibicarakan sejak dinyatakan Kelompok Petisi 100. Pemakzulan pernah dialami Presiden Soekarno dan Gus Dur.


Mahfud MD Sebut Konflik Agraria Terjadi karena Tumpang Tindih Kebijakan era Soekarno dengan Orde Baru

21 Januari 2024

Calon wakil presiden nomor urut 3 Mahfud Md., menghadiri Deklarasi Pemuda Gama Pantura di GOR Dharma Ayu, Tridaya Timur, Karanganyar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, pada Senin, 8 Januari 2024. Foto: Staf Komunikasi Mahfud Md.
Mahfud MD Sebut Konflik Agraria Terjadi karena Tumpang Tindih Kebijakan era Soekarno dengan Orde Baru

Calon wakil presiden (Cawapres) nomor urut 3 Mahfud MD membeberkan penyebab kasus konflik agraria di Indonesia.


Kisah Unik Jam Gadang, Ikon Megah Bukittinggi Era Ratu Belanda Wilhelmina

19 Januari 2024

Wisatawan memadati objek wisata Jam Gadang di Bukittinggi, Sumatera Barat, Ahad, 3 November 2019. Menara ini menjadi destinasi favorit bagi wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. TEMPO/M Taufan Rengganis
Kisah Unik Jam Gadang, Ikon Megah Bukittinggi Era Ratu Belanda Wilhelmina

Salah satu monumen bersejarah di Indonesia adalah Jam Gadang yang terletak di Bukittinggi, Sumatera Barat. Berikut beberapa kisah uniknya.