INFO NASIONAL-Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan ekonomi dan keuangan syariah harus jadi arus utama dalam pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 karena potensinya besar di Indonesia.Wapres menyampaikan Indonesia memiliki sektor unggulan ekonomi dan keuangan syariah seperti pertanian, makanan dan minuman halal, fashion Muslim, pariwisata yang ramah Muslim dan keuangan syariah.
"Ekonomi dan keuangan syariah kita harus diutamakan dalam perekonomian nasional, tidak tidak luput dari konteks tantangan global. Potensi besarnya harus dapat kita manfaatkan sebagai daya ungkit perekonomian seperti populasi dan demand, serta halal lifestyle yang makin membumi di Indonesia dan belahan dunia lainnya," ujarnya dalam dalam acara Peresmian Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sharia Conference 2022, di Istana Wakil Presiden, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa, 29 Maret 2022 yang juga disiarkan secara daring.
"Kita memerlukan setidaknya tiga hal untuk menggerakkan perekonomian yaitu pengendalian pandemi, kebijakan yang akomodatif, serta pengusaha pejuang, seperti HIPMI. Ketiganya harus kita sinergikan," ujar kata Wapres Ma’ruf.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua HIPMI Mardani H. Maming menuturkan dalam 50 tahun kiprah organisasi itu telah banyak melahirkan program seperti HIPMI to Campus, HIPMI Go to School dan HIPMI Go to Pesantren. “HIPMI Go to Pesantren bisa bekerja sama anak-anak HIPMI di pesantren-pesantren untuk mempersiapkan bangsa ini agar tidak tertinggal dengan bangsa-bangsa lain,” tuturnya.
Jumlah entrepreneur Indonesia, kata Mardani, masih tertinggal dengan negara-negara tetangga. Indonesia mencatat baru 3,4 persen entrepreneurnya, sedangkan Malaysia 5 persen dan Singapura 7 persen. “Padahal, untuk menjadi negara maju kita butuh 12 -14 persen. Kalo 3,4 persen dari jumlah penduduk 270 juta kita baru punya 10 juta, kekurangan 30-40 juta untuk mencapai 12-14 persen,” kata Mardani yang juga Bendahara Umum PBNU periode 2022-2027 tersebut.
Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Arif Satria menuturkan peran pendidikan untuk menciptakan permintaan dan penawaran dalam sumber daya manusia ekonomi syariah krusial. Menurutnya, hanya sekitar 25-30 persen sumber daya manusia (SDM) di perbankan syariah yang memiliki latar belakang kompetensi syariah. Selain itu hanya 10 persen yang mempunyai kompetensi pengetahuan soal ekonomi syariah.
“Dari perguruan tinggi harus menggenjot, mengeluarkan SDM unggul. Prlu adanya integrasi antara hukum ekonomi syariah dan ilmu ekonomi syariah. Sebab sekat-sekat keilmuan itu semakin lama semakin kecil, sehingga hukum Islam dan ekonomi syariah bisa terintegrasi,” ujar Rektor IPB itu.
Founder ESQ Ary Ginanjar Agustian mengungkapkan pangsa pasar keuangan syariah Indonesia relatif kecil yakni 5,3 persen. Padahal, Malaysia sudah 23,8 persen, Uni Emirat Arab 19,6 persen dan Arab Saudi 51,1 persen. Sedangkan nilai asetnya di Indonesia baru 3 miliar dolar AS, Malaysia meraih 10 miliar dolar AS, Iran sebesar 14 miliar dolar AS dan Arab Saudi yang mencapai 17 miliar dolar AS.
“Kalau prinsipnya Carol Dweck maka ini sebuah kesempatan, karena dia selalu positive thingking. Tapi kalau berpikir fix mindset justru kita pesimistis sambil menyalahkan. Ini saya kira penting bagi HIPMI membaca Carol Dweck soal the growth mindset,” ujar Ari yang juga pengurus HIPMI era M. Lutfi.
Menurut Ari, dengan gerakan syariah ini, para pengusaha muda muslim harus menghindari sikap segregatif atau, tidak mau bekerja sama dengan nonmuslim, Sikap syariat ini hanya dijadikan label marketing saja.(*)