TEMPO.CO, Jakarta - Koalisi pelajar yang menamakan diri Climate Education Now melakukan pertemuan dengan Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Zulfikri Anas. Pertemuan secara daring ini difasilitasi Change.org Indonesia.
Dalam pertemuan yang digelar Selasa, 8 Februari 2022, Climate Education Now menyerahkan petisi soal kurikulum iklim secara simbolis kepada Zulfikri. Petisi ini bisa diakses di www.change.org/climedunow dan telah didukung 11 ribu orang lebih.
Perwakilan Climate Education Now Daffa Praditya mengatakan pertemuan ini ditujukan agar Kemendikbudristek bisa mengintegrasikan pendidikan iklim ke dalam nilai-nilai inti dari setiap kurikulum. Selain itu, koalisi juga ingin agar siswa bisa belajar tentang aspek ilmiah, sosial, dan etika dari krisis iklim. “Kami juga ingin Kementerian bisa melatih guru dan menyediakan materi dan praktik belajar pendidikan iklim,” kata Daffa.
Koalisi Pelajar meminta Kemendikbudristek bisa menyediakan pendidikan iklim yang inklusif untuk semua orang. Khususnya, kata koalisi, dengan mempertimbangkan keterlibatan gender, intergenerasi, penyandang disabilitas, dan kelompok rentan lainnya.
Daffa menuturkan ada lima hal yang ingin dicapai dalam kurikulum iklim. Kelima hal itu ialah pengembangan kemampuan komunikasi serta bahasa; pengembangan kemampuan fisik; pengembangan nilai personal, sosial serta emosional; pengembangan kemampuan literasi; dan pengembangan kemampuan dasar logika matematik.
Merespons hal itu, Zulfikri menyatakan, Kemendikbudristek membuka pintu kepada Koalisi Pelajar ini untuk berkolaborasi langsung dan bertemu tatap muka membahas teknis kolaborasi.
Ia mengatakan pertemuan ini bisa digelar dengan melihat kondisi pandemi dan perkembangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). “Kalau bisa malah ada pilot project di satu daerah,” ungkap Zulfikri.
Menurutnya, Kemendikburistek sebenarnya sudah punya wadah atau rumah yang menaungi kurikulum iklim. Sayangnya, dia mengaku masih kekurangan bahan-bahan ajar dan praktisi yang akan melatih tenaga pendidik dan siswa mengimplementasikan kurikulum iklim.
“Kesadaran tentang lingkungan dan literasi lingkungan itu sangat mungkin. Guru tidak lagi terkotak target kurikulum tapi pelajaran dengan anak, kondisi riil dalam kehidupan,” ujar dia soal kurikulum iklim.
Baca: Serikat Guru Minta Kurikulum Prototipe Kemendikbudristek Ditunda