TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama, menjelaskan bahwa kasus baru Covid-19 melonjak tajam menjadi 27.197 orang per kemarin, Kamis, 3 Februari 2022. Bahkan, kata dia, yang meninggal mencapai 38 orang.
"Data kemarin ini menunjukkan jumlah kasus baru meningkat 58 persen dan kasus meninggal meningkat 50 persen dari sehari sebelumnya," ujar dia dalam keterangannya, pada Jumat pagi, 4 Februari 2022.
Jika dibandingkan dengan sebulan sebelumnya, 3 Januari 2022 kasus baru hanya 265 orang dan yang meninggal 5 orang. Artinya dalam sebulan terakhir kasus baru per hari naik lebih dari 100 kali lipat, dan kematian per hari naik sekian ratus persen.
Sehubungan kenaikan kasus ini, Tjandra berujar, evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) menjadi dua kunci yang sangat penting.
"Presiden Joko Widodo pada 31 Januari dan pada 3 Februari tadi malam sudah mengarahkan hal itu, untuk pengendalian Covid-19 di hari-hari mendatang," katanya.
Guru Besar di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu menjelaskan jika kasus baru kemarin adalah 27.197 orang, maka yang perlu diingat adalah kasus baru pada 3 Juli 2021 yang hampir sama juga, yaitu 27.913 orang. "Dan ketika itu, di tahun lalu mulailah diberlakukan PPKM darurat."
Menurut Tjandra, kasus nampaknya akan terus meningkat di hari-hari mendatang walau tidak terlalu mudah memprediksi angkanya. Prediksi dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) University of Washington menyebutkan kasus harian Covid-19 di Indonesia pada akhir Februari 2022 akan melonjak lebih dari 185 ribu kasus.
Di pertengahan Maret 2022 diperkirakan angkanya mencapai lebih dari 275 ribu, dan tembus 387.850 per hari pada April 2022, dengan kematian mencapai 144 kasus per hari.
"Prediksi memang dapat saja tepat, atau kurang tepat, atau bahkan tidak tepat. Tapi setidaknya ini dapat jadi bahan kewaspadaan dan antisipasi mitigasi," tutur Tjandra.
Pemerintah, kata Tjandra, juga memperkirakan puncak kasus akan terjadi pada Februari-Maret 2022, dengan jumlah kasus yang bisa 2 atau 3 kali lipat, bahkan pernah disebutkan 5 atau 6 kali dari puncak dari varian Delta tahun lalu.
"Marilah kita semua, seperti kata bijak, pray for the best, but prepare for the worst," ujar Tjandra yang saat ini menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Jakarta.
Baca: Epidemiolog Ingatkan Bahaya Omicron bagi Orang yang Belum Divaksin