TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi Kesehatan DPR dari Fraksi PKS, Kurniasih Mufidayati, menyayangkan peleburan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME) ke Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) tidak dipersiapkan dengan baik.
Mufida mengatakan, peleburan ini dilakukan saat Eijkman tengah melakukan kegiatan besar tentang Covid-19. "Yakni pengembangan vaksin Merah Putih yang hingga kini belum diketahui kapan target selesainya,” kata Mufida dalam keterangannya, Senin, 3 Januari 2022.
Selain vaksin Merah Putih, Eijkman juga melakukan penelusuran whole genome sequencing atas varian Covid-19. Mufida menilai, peleburan harusnya bisa memastikan kegiatan riset dan pengembangan yang dilakukan saat ini tetap bisa berjalan, bahkan lebih cepat.
Selain itu, kata Mufida, penggabungan ke BRIN mestinya tidak membuat peneliti non-PNS tidak terlantar dan terabaikan. Opsi-opsi bagi para peneliti yang diberhentikan juga memerlukan waktu, baik dari seleksi maupun proses yang disebut beasiswa penelitian karena terkait anggaran tahunan.
Politikus PKS ini mengaku khawatir lembaga internasional yang selama ini bekerja sama dan banyak mendukung Eijkman akan mundur dan meninjau ulang kerja samanya. "Isunya soal kepercayaan, apalagi sejak awal komposisi Dewan Pengarah BRIN yang terdiri dari politisi dan pebisnis bukan murni profesional di bidang riset yang menimbulkan pertanyaan dan lagi-lagi soal trust," kata dia.
Mufida mencatat, BRIN kini memiliki postur yang sangat gemuk dengan penggabungan lembaga-lembaga riset seperti BPPT, LIPI, Batan, Lapan dan Eijkman. Anggota dewan ini melihat peleburan belum menunjukkan kejelasan arah, sehingga berdampak pada keengganan peneliti untuk dilebur ke BRIN.
FRISKI RIANA